UMS, pabelan-online.com – Demi meningkatkan kualitas hidup umat berbangsa dan bernegara, salah satu inisiatif Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ialah berniat memperbaiki sistem Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi.
Pendidikan Pancasila adalah salah satu materi pelajaran moral yang ada di setiap bangku pendidikan. Mulai tingkat sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi, bertujuan untuk memperkenalkan serta menanamkan nilai-nilai Pancasila.
Sri Lestari, salah satu penggiat Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) UMS, menegaskan bahwa realita saat ini belum mencapai hasil yang diharapkan. Misalnya muncul habits yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan Islam moderat dalam berperilaku sehari-hari, salah satunya sikap intoleran.
Menghadapi realita itu, UMS ingin meningkatkan kualitas hidup umat dalam berbangsa dan bernegara, dimulai dengan Pendidikan Pancasila yang lebih berkualitas. Maka dari itu, PSBPS mengadakan penelitian mengenai Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi bertajuk “Revitalisasi dan Pelembagaan Pendidikan Pancasila Berlandaskan Islam Moderat Untuk Generasi Millenial di Perguruan Tinggi”.
Baca Juga Menilik Pro dan Kontra RUU P-KS Melalui Perspektif Aktivis
Untuk menyusun suatu program revitalisasi, Sri Lestari juga menuturkan bahwa PSBPS harus mempunyai pijakan seperti mengetahui problem dan kebutuhannya. Agar program yang disusun tepat sasaran, penelitian ini menggunakan beberapa metode.
Diantaranya wawancara semistruktur, mulai dari pejabat UMS, dosen pengampu mata kuliah, kuesioner ke lebih dari 200 mahasiswa, Lembaga Penjaminan Mutu (LJM) di UMS, dan analisis dokumen seperti menelaah buku-buku pembelajaran.
Penelitian yang dirancang dalam kurun waktu tiga bulan selama satu tahun kerja ini memperoleh hasil bahwa Pendidikan Pancasila masih pada level kognitif (pengalaman faktual red). Sri mengatakan, dalam membangun perilaku-perilaku pancasilais, dirasa kurang cukup jika hanya transfer pengetahuan.
Dalam hal ini, PSBPS bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Ilmu dan Bahasa (LPIDB) sebab fungsi dan tugasnya sebagai lembaga yang merumuskan, mengoordinasi, dan melaksanakan pembelajaran Pancasila di kampus.
Dalam suatu kesempatan lokakarya, Ketua LPIDB, M. Thoyibi mengutarakan, program revitalisasi amat penting sebab Pendidikan Pancasila bersinggungan dengan pendidikan agama yang berarti keduanya membidik pada penguatan karakter mahasiswa sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara, seperti dikutip dari psbps.ums.ac.id.
Proses pendidikan lebih lanjut, ujar Sri, perlu melibatkan afeksi agar membuahkan hasil yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Namun, tak sedikit dosen yang mengaku belum mempunyai basic dalam mata kuliah ini. “Jadi LPIDB memilih dosen pengampu, berlandaskan seberapa beban mengajar dosen tersebut,” tuturnya pada tim Pabelan Online, Rabu (25/09/2019).
Baca Juga Menilik Pro dan Kontra RUU P-KS Melalui Perspektif Aktivis
Alghifari, salah satu mahasiswa Fakultas Agama Islam menanggapi penelitian yang diadakan PSBPS. Ia menuturkan bahwa hasil penelitian terbilang komprehensif. Namun acap kali ditemui mahasiswa yang mengeluhkan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila ini sangat membosankan.
Ia sebagai mahasiswa menginginkan dosen yang mampu peka terhadap isu yang sedang booming untuk ditarik sebagai kajian pembelajaran. Ia menyayangkan konteks belajar Pendidikan Pancasila yang melulu terkait dengan buku. “Tak hanya buku, dapat lebih luas lagi seharusnya. Jadi bisa menumbuhkan kritisisme mahasiswa,“ tuturnya, Kamis (26/09/2019).
Reporter : Meliana Diah Pertiwi
Editor : Alvanza Adikara Jagaddhita
Telah diperbarui pada 15/10/2019 06:06 WIB