pabelan-online.com – Seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama Jehuda Christ Wahyu meninggal usai mengerjakan skripsi selama tujuh (7) hari tujuh (7) malam. Skripsi ini membuat Jehuda tidak tidur malam dan hanya tidur siang hari.
Bagi mahasiswa semester akhir, skripsi hampir selalu menjadi momok, lantaran pengerjaannya tidak bisa dianggap sederhana dan remeh. Namun fokus mengerjakan skripsi bukan berarti harus mengabaikan kesehatan. Terlalu mengabaikan kesehatan dapat menimbulkan penyakit seperti yang terjadi pada seorang mahasiswa ITB, Jehuda Christ Wahyu.
Dilansir dari indozone.id, kisah Jehuda sempat dia ceritakan melalui media sosial Twitter di akun pribadinya @Jechriswa pada 25 Oktober lalu, dalam utas yang berjudul “Anemia Chronic Disease, skripsi, dan wisuda ITB”.
Dalam akun Twitter-nya, ia menceritakan kesehatannya yang terus memburuk karena terlalu bekerja keras menyelesaikan skripsi. “Ceritanya dimulai dari gue ngerjain skripsi sampai mau mati, tujuh hari berturut-turut malem ga tidur, siangnya tidur,” ujar Jehuda.
Pada tanggal 13 September 2019 lalu, dia dinyatakan lulus dari ITB. Namun, kebahagiaan yang dia rasakan tidak berlangsung lama. Dia mulai merasakan ada yang berbeda dari tubuhnya. Jehuda kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Dugaan pertama dia didiagnosis tipes. Namun, setelah melewati pemeriksaan laboratorium ternyata tipesnya negatif.
“Dilihat darah gue rendah semua, dan ada infeksi kronis. Gue cuma dikasih antibiotik sama obat penurun panas,” ujarnya. Kedua dokter menduga ada yang salah dengan ginjalnya.
Dugaan dokter ketiga radang paru-paru atau TBC. Setelah empat hari kemudian Jehuda dirongent, hasilnya paru-paru bersih, saat cek darah trombosit tidak turun, berarti bukan DBD (dugaan keempat). Setelah dicek semua normal, kecuali trombosit.
Tanggal 14 November 2019, Jehuda menuliskan sebuah tweet tentang dirinya yang didiagnosis terkena penyakit Thalassemia. Di akhir tweetnya, Jehuda mengungkapkan penyesalannya karena tidak pernah menjaga kesehatannya selama skripsi. Ditambah selama ini, dia perokok aktif meskipun sempat berhenti saat mengetahui kesehatannya menurun.
Kurang lebih dua puluh hari setelah Jehuda menulis utas tersebut, tepatnya tanggal 24 November 2019 alumni ITB ini dikabarkan meninggal dunia. Kabar duka diketahui setelah temannya yang memiliki username @MeindraDimas membalas utas Jehuda. Dia menuliskan ucapan perpisahan dan berharap kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pembaca di utasnya.
Meski Sedang Skripsi-an, Hak Tubuh Harus Tetap Terpenuhi
Betty Kris, selaku Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menanggapi bahwa hal itu bisa saja terjadi. Selain karena memang kurang beristirahat, perlu dikaji kembali adanya penyakit penyerta serta asupan makanan kurang dapat turut berkontribusi menyebabkan hal itu.
“Otomatis orang yang tidak tidur itu termasuk stres fisik, bagaimana dengan stres psikologinya, pasti akan tertekan, ‘pokoknya harus selesai’,” kata Betty, Sabtu (07/12/2019)
Dalam menghadapi skripsi, Betty menyarankan mahasiswa hendaknya mengikuti alur dengan sewajarnya. Jika mahasiswa mengalami masa-masa sulit atau terbentur suatu masalah, sebaiknya menemui orang yang tepat seperti Dosen Pembimbing Akademik (PA) atau koordinator skripsi untuk meminta saran.
Mahasiswa juga harus bisa mengatur mekanisme koping (manajemen stres-red) dan mengubah pola pikir dengan lebih banyak berpikir positif, serta pantang menyerah. Sementara itu haruslah seimbang antara memenuhi hak tubuhnya (baik itu istirahat dan kebutuhan nutrisi) dengan mengerjakan skripsi. “Jika tubuh tidak dapat terpenuhi haknya maka hasil tidak akan memuaskan sesuai dengan target yang diinginkan,” ujar Betty.
Senada dengan Betty, salah satu mahasiswa Psikologi UMS, Afika Hidayatin Nur menyampaikan agar pintar-pintar mengatur waktu dalam mengerjakan skripsi dengan refreshing. Selain itu, menurut Afika, membuat jadwal target itu perlu, sehingga tidak memforsir diri dalam mengerjakan skripsi maupun tugas yang lain. Jangan sampai ambisi terhadap sesuatu mengabaikan keadaan tubuh.
“Karena bukan hanya tubuh yang butuh istirahat tapi jiwa kita juga,” tukasnya, Jumat (06/12/2019).
Reporter : Yovi Anang Setiyawan dan Tsania Laila Maghfiroh
Editor : Annisavira Pratiwi