UMS, pabelan-online.com – Pandemi virus corona atau Corona Virus Disease-19 (Covid-19) di Indonesia menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan. Kebutuhan akan alat-alat medis hingga tenaga medis yang terus meningkat tentunya menjadi perhatian yang besar. Karenanya, sekitar 15.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia siap menjadi relawan dalam menangani pandemi Covid-19.
Dilansir dari republika.co.id, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan bahwa para relawan tersebut tak langsung menangani pasien. Para relawan nantinya akan membantu dalam program-program komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, melayani call center, serta menyiapkan diri sebagai tenaga bantuan dalam kondisi darurat sesuai kompetensi dan kewenangannya.
Mahasiswa yang berminat menjadi relawan akan diberikan pelatihan dan pendampingan, serta disiapkan juga Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar World Health Organization (WHO). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga akan memberikan insentif dan sertifikat pengabdian masyarakat yang disesuaikan oleh universitas masing-masing.
Dijelaskan lebih lanjut, Kemendikbud telah meminta bantuan kepada Rektor/Direktur Politeknik Kesehatan untuk mensosialisasikan inisiatif ini kepada mahasiswa tingkat akhir. “Saat ini, proses koordinasi dengan pimpinan perguruan tinggi terus dilakukan,” kata Nadiem, Jumat (20/3/2020).
Menurut informasi dari Kompas.com, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud, Nizam mengatakan bahwa saat ini sudah ada kurang lebih 15.000 relawan mahasiswa, terutama bidang kesehatan, yang sudah siap menghadapi pandemi Covid-19.
“Selain menambah kompetensi mahasiswa, dapat juga menjadi karya nyata untuk masyarakat dan bangsa,” jelas Nizam, Kamis (26/03/2020).
Nizam mengatakan, bahwa Dirjen Dikti Kemendikbud juga bekerjasama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) guna menggerakan para mahasiswa kedokteran yang ingin terlibat dan mendukung upaya pemerintah untuk menjadi relawan dalam membasmi Covid-19.
Ia berharap inisiatif tersebut mampu meningkatkan kompetensi dan membentuk jiwa kemanusiaan yang kuat bagi para mahasiswa. “Hal ini khususnya bisa membentuk para calon dokter dan tenaga medis,” harap Nizam.
Nizam juga menjelaskan, bahwa mahasiswa yang menjadi relawan penanganan Covid-19 nantinya dapat dikonversi sebagai bentuk pembelajaran, sehingga dapat setara dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Satuan Kredit Semester (SKS). Menurutnya, program relawan penanganan Covid-19 selaras dengan “Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka” yang telah diluncurkan oleh Nadiem.
Menanggapi berita tersebut, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Annisa Ayu Nabila mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi rencana Dirjen Dikti Kemendikbud terkait diadakannya relawan penanganan Covid-19.
Ia berpendapat, bahwa program tersebut merupakan salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk ikut serta dalam mengatasi pandemi dan ia sangat mendukung program tersebut.
Annisa juga berharap agar partisipasi para relawan mahasiswa tersebut nantinya tidak menjadi boomerang. Ia menjelaskan, dalam memerangi dan mencegah Covid-19 sudah seharusnya para relawan mahasiswa perlu dibekali dengan alat perlindungan diri dan pengetahuan yang memadai.
“Jangan sampai yang seharusnya menjadi agen pemutus rantai penyebaran Covid-19 malah menjadi bagian dari rantai penyebaran Covid-19,” ungkap Annisa pada tim pabelan–online ketika diwawancarai via whatsapp, Minggu (29/3/2020).
Mengutip dari Kompas.com, Program tersebut mendukung Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/I/0883/2020 tentang Jejaring Pelayanan Covid-19 di Rumah Sakit Pemberi Layanan Non-Rujukan Penyakit Infeksi Emerging (PIE) yang meminta Rumah Sakit milik sepuluh universitas di Indonesia untuk dapat merawat Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Pasien Covid-19.
Kesepuluh universitas tersebut adalah Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Padjajaran (Bandung), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Diponegoro (Semarang), Universitas Brawijaya (Malang), Universitas Udayana (Bali), Universitas Hasanuddin (Makassar), Universitas Sumatera Utara (Medan), dan Universitas Tanjungpura (Pontianak).
Reporter : Novali Panji Nugroho dan Shaffira Nuur Fauziah
Editor : Rio Novianto