UMS, pabelan-online.com – Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar diskusi online via Whatsapp dengan tema “Indonesia vs Corona” pada Kamis, 9 April 2020. Diskusi online ini diharapkan mampu memberikan edukasi kepada mahasiswa umum seputar Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Sejak World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 lalu, kasus tersebut terus meningkat di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, hingga Kamis 16 April 2020 pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) terjadi penambahan menjadi 380 kasus yang terinfeksi Covid-19.
Dengan jumlah pasien yang terus bertambah, berbagai macam sosialisasi dan edukasi mengenai Covid-19 juga mulai dilakukan kepada masyarakat. Begitu juga dengan UPPM FIK UMS, yang memberikan edukasi tentang Covid-19 lewat diskusi online guna menambah pengetahuan seputar Covid-19 kepada mahasiswa umum.
Diskusi yang berlangsung di grup Whatsapp tersebut turut menghadirkan Sekertaris Departemen Eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK, M. Luthfi Abdul Ghaffa sebagai pemateri. Pada awal diskusi, Luthfi menjelaskan mengenai dampak dari Covid-19 bagi kesehatan, yakni mudah merasa lelah, demam tinggi, dan batuk kering.
Ada juga beberapa pasien yang terjangkit Covid-19 dengan menimbulkan gejala tertentu, seperti mengalami rasa nyeri atau sakit, hidung tersumbat, sakit tengorokan, dan diare. Luthfi berkali-kali juga menekankan, bahwa tidak semua pasien yang terinfeksi selalu menimbulkan gejala. Terdapat juga pasien yang terinfeksi, tetapi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar, sekitar 80 persen orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus.
Selain memberikan dampak bagi kesehatan, Covid-19 ini juga menimbulkan beberapa polemik pada masyarakat. Salah satu polemik tersebut adalah terjadinya lonjakan pasien yang terinfeksi, sehingga Fasilitias Layanan Kesehatan (Fasyankes) menjadi kewalahan untuk mengatasi pasien yang terjangkit Covid-19.
Baca Juga: BPSDM UMS Ubah Sistem Presensi Fingerprint menjadi Online
Di akhir diskusi, Luthfi berpendapat bahwa lonjakan pasien yang terjadi saat ini disebabkan oleh pemerintah yang awalnya menganggap bahwa Covid-19 tidak akan ada di Indonesia. Dengan berdalih bahwa virus tersebut tidak cocok di iklim tropis. Padahal pada saat itu negara tetangga seperti Singapore dan Thailand sudah ditemukan kasus terinfeksi Covid–19.
“Seharusnya hal tersebut dapat dijadikan ancang-ancang bagi Indonesia dan berkaca pada negara China atau Korea Selatan, sehingga ketika terdeteksi wabah tersebut tidak gugup dan dapat mengambil langkah yang tepat,” tutur Luthfi saat mengisi diskusi online, Kamis (9/4/2020).
Selaku peserta diskusi online, Nur Jihan Luthfia Nabila mahasiswi Program Studi (Prodi) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) FIK UMS mengatakan, bahwa topik tersebut sangat perlu untuk dibahas di saat adanya wabah seperti ini.
Menurut Nur, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, diharapkan seorang mahasisiwa yang berada di tengah-tengah masyarakat dapat menyikapi situasi yang ada sekarang dengan baik dan bijak. Ia juga berharap agar banyak yang tergerak untuk melakukan hal-hal yang positif seperti diskusi online, sehingga waktu luang di rumah dapat lebih bermanfaat.
“Kedepannya semoga semakin banyak variasi yang keren dari teman-teman untuk mengadakan kegiatan positif meskipun secara online,” tuturnya ketika diwawancarai via WhatsApp, Kamis (9/4/2020).
Reporter : Widia Arum Pratiwi
Editor : Mulyani Adi Astutiatmaja