UMS, pabelan–online.com – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Geografi (FG) menggelar Diskusi Publik Mahasiswa di Rumah Aje yang membahas stigmatisasi masyarakat di tengah pandemi Corona Virus Disease–19 (Covid-19). Seperti diketahui saat ini muncul berbagai stigma negatif terhadap korban Covid-19, tenaga medis, dan pemerintah yang mengatur kebijakan penanganan Covid-19.
Penanganan Covid-19 oleh pemerintah selama ini dinilai sangat lambat sehingga menimbulkan kegelisahan di dalam masyarakat. Wakil Rektor (WR) III, Taufik Kasturi sebagai pemantik dalam diskusi ini menjelaskan bahwa stigma merupakan pandangan negatif yang diberikan kepada orang lain atau ciri negatif yang melekat pada orang lain.
Saat kondisi seperti ini, masyarakat masih sering termakan oleh stigma negatif mengenai tenaga medis ataupun para korban yang seharusnya sama-sama didukung. Dampak terburuknya adalah korban akan takut untuk jujur saat diperiksa oleh tenaga medis ketika dirinya merasakan gejala-gejala Covid-19.
Hal yang demikian tentunya akan mengakibatkan penyebaran virus yang semakin sulit ditangani. Selain itu, dampak berkelanjutan dari ketakutan masyarakat yakni enggan mencari bantuan tenaga medis ketika memang sudah merasa sakit.
“Mereka akan lebih baik menyembunyikan kondisi diri karena takut berita yang beredar di masyarkat benar adanya, kecemasan dan ketakutan jangan menjadikan kita berprasangka buruk kepada orang,” ujar Taufik, Sabtu (16/5/2020).
Baca Juga: Kegiatan Ormawa Dilakukan Secara Daring, Kemahasiswaan Beri Subsidi Rp 150.000
Agar ketakutan dan kecemasan di masyarakat berkurang, Taufik menuturkan perlunya kesadaran yang tertanam terlebih dahulu di dalam masyarakat. Masyarakat dapat mencari tahu informasi mengenai Covid-19, seperti perkembangannya, cara penanganan, pencegahan,dan lainnya.
Kabar di media sosial yang menimbulkan kecemasan jangan ditelan bulat-bulat. Masyarakat harus lebih teliti dalam menerima informasi yang diperoleh, yakni dengan mencocokkannya dengan informasi lain yang serupa. Selain itu, masyarakat juga harus percaya dan mendukung pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis.
Salah satu peserta diskusi, Moh Ali Ma’sum yang merupakan mahasiswa FG menanyakan tentang peran yang perlu diambil mahasiswa dalam menghadapi Covid-19. Menanggapi pertanyaan tersebut, Taufik menjelaskan bahwa sebagai mahasiswa yang utama adalah memberi peran ke orang-orang terdekat, yakni keluarga.
Sebagai akademisi, mahasiswa bisa memberikan penjelasan mengenai Covid-19 kepada orangtua agar mereka paham, setelah itu barulah tetangga-tetangga sekitar rumah. Hal seperti ini mungkin terlihat sepele, tetapi jika semua mahasiswa melakukan hal yang sama dengan kesadaran penuh, tentu nantinya sedikit demi sedikit akan membawa perubahan.
Reporter : Sarah Dwi Ardiningrum
Editor : Naufal Abdurrahman Musa