UMS, pabelan-online.com – Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pondok Internasional KH Mas Mansur gelar diskusi online yang bertemakan “Feminisme Barat”. Diskusi online tersebut merupakan program dari bidang IMMawati yang berlangsung pada hari Selasa, 16 Juni 2020.
Berbicara tentang feminisme memang tak ada habisnya, banyak bab atau pembahasan dalam feminisme sendiri. Diskusi ranah keperempuanan ini berlangsung via google meet dan menghadirkan Elisa Wisyaningrum selaku pemantik diskusi.
Elisa menjelaskan, bahwa feminisme barat ini identik dengan kemunculan feminisme, yang mana memang feminisme pertama kali lahir di Barat. Terdapat tiga gelombang feminisme, gelombang pertama atau gelombang awal dimulai ketika adanya kesadaran terhadap deskriminasi perempuan, di mana perempuan kulit putih lebih dominan daripada kulit hitam.
Gelombang kedua memperjuangkan hak-hak buruh dan banyak membuat tuntutan agar ada kesetaraan upah dan perlakuan antara buruh laki-laki dan buruh perempuan. Dalam gelombang ketiga, lebih dikenal sebagai post-feminisme, gelombang ini juga disebut sebagai gelombang yang tak tentu dan lebih sering mengkritik feminis gelombang pertama dan kedua, pada gelombang ini juga lebih bebas dan eksploratif.
“Setiap gelombang punya konsentrasi masing-masing, serta gelombang menjadi sejarah untuk bisa mengidentifikasikan tokoh-tokoh feminis dan juga aktivis di setiap zamannya,” jelas Elisa, Selasa (16/6/2020).
Baca Juga: Geography’s Meme Battle: Kritik Fakultas Melalui Sebuah Kreativitas
Aulia Ishthofa Hanindita, mahasiswa Farmasi UMS yang ikut dalam diskusi menyebutkan, bahwa diskusi ini sangat menarik karena mendapat ilmu baru tentang feminisme dari berbagai sudut pandang, baik peserta ataupun pemantik yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
“Temen-temen banyak yang tanya tentang feminisme lebih dalam dan ada juga yang kontra dengan pendapat dari pemantik, jadi kita lebih tahu bahwa pandangan orang-orang tentang feminisme banyak yang beda, ada yang pro dan ada yang kontra dan mereka pun punya alasannya tersendiri,” imbuh Aulia, Selasa (16/6/2020).
Reporter : Anisa Yuliana Pertiwi
Editor : Rio Novianto