Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan Virus Corona sedang melanda Indonesia. Virus Corona yang mulai terdeteksi Desember 2019 dan berasal dari Wuhan, China ini mampu menembus dan memakan banyak korban di Indonesia. Jumlah korban Virus Corona sampai saat ini tembus 1,6 juta jiwa. Virus mematikan ini gejalanya seperti flu biasa, tetapi ada sesak napas di akhir minggu pertama.
Untuk mengantisipasi penularannya, pemerintah mencanangkan dan mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh pekerjaan dikerjakan dari rumah. Namun, sebagian masyarakat tidak menghiraukan imbauan pemerintah, mereka menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Hal tersebut yang membuat Covid-19 semakin merajalela dan terus menyebar di pelosok negeri.
Pemerintah pun melakukan segala cara dan upaya agar masyarakat mau melaksanakan himbauan tersebut. Selain itu, masyarakat juga diwajibkan memakai masker dan cuci tangan sebelum atau sesudah beraktivitas, karena pola hidup yang sehat merupakan upaya pencegahan penularan Covid-19.
Selama Virus Corona masih menjadi bahaya terbesar di dunia, tetap tinggal di rumah adalah pilihan yang lebih baik.
Pentingnya tinggal di rumah saat kondisi bahaya ternyata telah diingatkan Allah SWT dalam firman-Nya di surat An-Naml ayat 18, yang mempunyai arti “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”.
Merujuk pada berbagai komentar, terutama yang tersebar di media sosial, maka isu mengenai masalah Virus Corona yang dikaitkan dengan Islam sudah berkembang terlalu jauh. Menyikapi epidemi global ini, sebagai seorang muslim hendaklah kita kembali kepada ajaran-ajaran agama kita.
Perlu kita ketahui juga, bahwa seorang hamba akan tetap hidup bilamana memang ajalnya belum datang, bahkan bila Virus Corona ataupun virus lainnya yang lebih ganas daripada itu menjangkitinya. Tetapi, bila memang sudah ajalnya, jangankan Virus Corona atau yang lebih dari itu, hanya digigit semut saja seseorang bisa mati jika memang ajalnya telah tiba.
Sejumlah mahasiswa menghadapi tantangan yang tak mudah dalam menyusun skripsi saat pandemi ini. Tantangan yang dihadapi mulai dari komunikasi dengan dosen pembimbing yang tidak lancer, hingga kesulitan dalam pengumpulan data. Sebagian juga kesulitan melakukan kuliah daring serta e-UTS secara online.
Tantangan lain yakni komunikasi dengan dosen pembimbing yang hanya dilakukan via teknologi komunikasi, seperti surat elektronik dan pesan WhatsApp.
Tetapi dengan adanya itu, bukan berarti mahasiswa harus pasrah dan tidak berperan dalam melawan Corona. Di sinilah sesungguhnya peran seorang mahasiswa sebagai kaum terpelajar dengan tidak mudah tergiring oleh opini yang beredar di media sosial. Tidak mudah percaya pada informasi yang sedang diperbincangkan dikalangan masyarakat.
Sebab, mahasiswa memiliki sikap kritis dalam melihat setiap persoalan yang terjadi di sekelilingnya. Tidak boleh apatis atau menerima apa adanya tanpa menganalisis, menelaah terlebih dahulu setiap berita yang dikonsumsinya. Sudah menjadi kewajiban besar mahasiswa dalam membawa masyarakat menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
Dalam menjaga kenyamanan masyarakat terkait maraknya hoaks tentang virus tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu mahasiswa lakukan. Di sinilah mahasisiwa sebagai agen perubahan dan sebagai agen kontrol sosial masyarakat dapat memberikan suasana disiplin, aman, dan tentram di tengah maraknya berita hoaks tentang Virus Corona. Demi membantu mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi.
Penulis : Dita Fitria Wati
Mahasiswa Aktif Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Rio Novianto
Baca Juga: Bahas Perkembangan dan Dinamika Robot di Indonesia Lewat Workshop Online KMTE UMS