UMS, pabelan-online.com – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah menyusun skenario penerapan new normal di kampus UMS yang dibagi menjadi tiga fase. Dalam skenario itu diberitahukan juga mengenai sistem perkuliahan kombinasi luring dan daring, dengan perbandingan 50:50.
Hal itu telah ditetapkan pada Surat Edaran Rektor Nomor: 312/A.2-II/SR/V/2020 mengenai pembelajaran pada masa Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Disebutkan pada salah satu poin, bahwa proses pembelajaran semester gasal 2020/2021 dilaksanakan dengan pendekatan new normal, yang akan dimulai pada September 2020 mendatang dengan kombinasi perkuliahan luring daring 50:50.
Dihubungi via WhatsApp, Mutalazimah selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UMS menanggapi hal itu dengan mengatakan, bahwa skenario yang telah disusun tersebut tetap memerhatikan perkembangan kasus yang ada dan berikhtiar untuk bisa menerapkan protokol secara ketat disertai mekanisme pengawasan.
Ia menambahkan, bahwa skenario pembelajaran dengan kombinasi luring dan daring merupakan sebuah win-win solution.
Lebih lanjut lagi, Mutalazimah menegaskan bahwa skenario yang disusun bersama ini bukan sesuatu yang bersifat mutlak, tetapi tetap dengan mempertimbangkan kondisi saat skenario itu akan dilakukan.
Ia juga berpendapat mengenai kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang mewajibkan seluruh perguruan tinggi untuk tetap melaksanakan perkuliahan secara daring.
Menurutnya, kebijakan Kemendikbud bisa menjadi acuan karena sebenarnya masih seirama, hanya saya Kemendikbud mempertimbangkan kasus secara nasional dan kebijakan tersebut muncul lebih akhir setelah UMS mengeluarkan skenario tiga fase.
“Selebihnya, apakah mau diadopsi sepenuhnya itu tergantung kebijakan universitas kembali atau menunggu kesepakatan rapat pimpinan lagi sebagai kepastian,” ujarnya ketika dihubungi oleh tim Pabelan Online, Kamis (18/6/2020).
Mutalazimah juga berbicara mengenai sistem perkuliahan pada fase new normal. Ia menjelaskan, bahwa pihak fakultas dan program studi (prodi) akan memilih dan menetapkan tema-tema mata kuliah yang pencapaian kompetensinya paling efektif dilakukan secara luring.
Sedangkan tema-tema yang masih memungkinkan untuk daring tetap dilakukan secara daring. Dengan demikian, komposisi pada skenario 50:50 akan terlaksana dengan baik.
Ia juga menjelaskan, di FIK UMS sendiri berencana membuat video tutorial mengenai simulasi protokol kesehatan di kampus. Pada pelayanan utama Tenaga Didik (Tendik) akan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) level satu, seperti masker, facefields, dan sarung tangan. Kemudian juga akan membuat taskforce pengawasan penerapan protokol yang akan diketuai oleh Wakil Dekan (WD) II dan beranggotakan para tendik.
“Saya berharap kondisi optimal perkuliahan bisa dicapai dengan tetap merasa aman, nyaman, dan sehat. Tetap komitmen berjuang melawan pandemi ini dengan perilaku hidup sehat dan protokol kesehatan yang bisa menjadi kebiasaan baru,” harapnya, Kamis (18/6/2020).
Baca Juga: Layani PMB UMS Secara Offline, Ketua ODS: Kita Tetap Menggunakan Protokol Kesehatan
Dihubungi pada kesempatan yang berbeda, mahasiswa semester empat Prodi (Program Studi) Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IQT) UMS, Muhammad Syafiq Fajar Nugroho mengatakan bahwa kebijakan mengenai skenario new normal ini adalah suatu kebijakan yang baik, tetapi sudah terlambat. Menurutnya, penerapan dengan skenario new normal seharusnya bisa dilakukan lebih awal.
Ia juga menambahkan, bahwa sistem perkuliahan kombinasi luring dan daring 50:50 merupakan keputusan yang bagus. Sistem itu akan efektif dan harus segera diterapkan. Menurut Syafiq, dengan sistem perkuliahan tersebut keinginan belajar mahasiswa bisa kembali terbentuk.
“Sistem perkuliahan dengan kombinasi luring dan daring harus segera direalisasikan, dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan,” tambahnya ketika dihubungi via WhatsApp oleh tim Pabelan Online, Selasa (16/6/2020).
Reporter : Novali Panji Nugroho
Editor : Mulyani Adi Astutiatmaja