• Beranda
  • Headline
  • Berita
  • Cara Mengirim Tulisan
Selasa, Maret 9, 2021
Pabelan Online
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Ranah UMS
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
No Result
View All Result
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Ranah UMS
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
No Result
View All Result
Pabelan Online
No Result
View All Result
Home Opini

Psikosomatik Publik Akibat Buruknya Komunikasi

17/07/2020
in Opini
0
Psikosomatik Publik Akibat Buruknya Komunikasi
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Mungkin selama ini kita tidak menyadari bahwa komunikasi yang buruk adalah awal dari psikosomatik. Tak terkecuali di era pandemi sekarang ini, yang mana informasi terlihat simpang siur. Begitu yang terlintas di pikiran saya ketika mengikuti perkembangan berita seputar Corona Virus Disease-19 (Covid-19).

Adanya pandemi ini bukan hanya tentang persoalan medis, tetapi juga persoalan sosiolagis, karena kondisi ini melibatkan massa dalam jumlah yang besar dan tentunya tak terlepas dari komunikasi. Lihat saja komunikasi yang buruk justru menyebabkan kaos (kekacauan-red) di tengah masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Dalam situasi seperti ini, komunikasi yang baik sangat membantu masyarakat untuk terus berjuang melawan Covid-19. Penyebaran informasi di tengah masyarakat sendiri harus selalu diperhatikan.

Dalam hal ini, mahasiswa mempunyai peran penting sebagai Agent of Change, yakni sebagai penggerak sebuah perubahan, sehingga mahasiswa dapat memilah informasi mana saja yang pantas untuk disabarkan di media sosial mereka, karena nantinya akan menjadi santapan masyarakat.

Informasi yang beredar di tengah masyarakat, baik di televisi maupun media sosial sangat mempengaruhi psikis masyarakat. Apalagi di era pandemi, Informasi yang buruk dapat menimbulkan adanya psikosomatik publik. Menurut informasi yang saya baca di beberapa jurnal yang menjelaskan bahwa psikosomatik adalah gangguan atau penyakit fisik, yang mana proses psikologis di sini memilki peranan penting.

Menurut Kellner (1994), istilah psikosomatik adalah menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Jika proses psikologi  memilki perananan penting, maka proses komunikasi dan informasi pun memilki peranan sentral dalam hal ini. Komunikasi dan penyebaran informasi yang buruk sangat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat dan kemungkinan dapat menimbulkan psikosomatik publik.

Adanya gangguan psikosomatik akibat komunikasi yang buruk pernah saya alami dan seorang teman saya yang kebetulan juga mahasiwa Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI). Gangguan psikosomatik tersebut yaitu merasakan adanya hubungan kesehatan tubuh dengan informasi yang didapatkan dari media sosial.

Misalnya mengenai gejala Covid-19 yang secara terus-menerus diberitakan, seperti deman dan sesak napas. Secara tidak langsung, tubuh kami merespons dengan gejala-gejala yang sama, entah itu demam ataupun sesak napas. Alhasil, hal ini menimbulkan adanya pemikiran yang merujuk pada Covid-19.

Selaku mahasiswi Ilmu Komunikasi yang cukup banyak menyelami dunia seputar komunikasi dan informasi, saya merasa bahwa salah satu komponen penting sebagai bentuk pencegahan Covid-19 dan penyakit lainnya di tengah pandemi ini adalah komunikasi. Komunikasi adalah awal dari terjalinnya sebuah hubungan yang baik, hubungan antara manusia maupun hubungan antara psikis dan fisik.

Komunikasi yang baik bisa kita lakukan sebagai langkah mengurangi psikomatik publik, seperti memberikan informasi yang searah agar tidak menimbulkan perbedaan pemahaman di tengah masyarakat, memberikan motivasi di media sosial, dan tetap memberikan energi positif melalui komunikasi intrapersonal, yakni komunikasi yang baik dengan diri kita sendiri.

Sehingga hal-hal baik yang mesti kita masifkan di lingkungan masyarakat sebagai Agent of Control ialah ikut serta dalam menebarkan kebaikan di tengah sulitnya keadaan yang dihadapi oleh masyarakat. Mari kita counter berita negatif dengan berita positif.

Penulis            : Alfrisa Renuat

Mahasiswa Aktif Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Editor              : Rifqah

Tags: Covid-19informasiMahasiswaopiniPsikosomatik Publik
Previous Post

Adakan Penyambutan Mahasiswa Baru Secara Daring, UMS Sabet Rekor MURI

Next Post

Grand Opening Masta Daring UMS 2020

Related Posts

Opini

Badan Eksekutif Mahasiswa, Masihkah Ada Gaungmu?

by pabelan
10/12/2020
Pro Kapitalisasi, Disorientasi Perguruan Tinggi
Opini

Pro Kapitalisasi, Disorientasi Perguruan Tinggi

by pabelan
12/10/2020
Opini

Logika Perusahaan di Perguruan Tinggi

by pabelan
24/09/2020
Wabah Corona Merajalela, Mahasiswa Bisa Apa?
Opini

Wabah Corona Merajalela, Mahasiswa Bisa Apa?

by pabelan
26/06/2020
Setengah Abad Lebih UMS Berdiri, Saatnya Kritisi Implementasi Misi
Opini

Setengah Abad Lebih UMS Berdiri, Saatnya Kritisi Implementasi Misi

by pabelan
18/12/2019
Next Post
Grand Opening Masta Daring UMS 2020

Grand Opening Masta Daring UMS 2020

Premium Content

Persyaratan Beasiswa PPA dan BBM Semakin Sulit

Persyaratan Beasiswa PPA dan BBM Semakin Sulit

10/03/2013
FE klarifikasi masalah kecurangan Pemira

FE klarifikasi masalah kecurangan Pemira

13/02/2012

Fasilitas Kolam Renang Belum Tersedia, FKIP Nekat Buka Prodi PJOKR

11/06/2016
Pabelan Online

© Copyright - LPM Pabelan 2021

Profil LPM Pabelan.

Navigasi

  • Beranda
  • Beranda
  • Blog
  • Cara Mengirim Tulisan
  • Editorial
  • Home
  • REDAKSI Pabelan-Online 2021
  • Struktur Pengurus LPM Pabelan Periode 2021
  • Warta
  • Tentang LPM Pabelan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Headline
  • Warta
    • ranah ums
    • ranah mahasiswa
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Cara Mengirim Tulisan
  • Struktur Pengurus LPM Pabelan Periode 2021
  • Tentang LPM Pabelan

© Copyright - LPM Pabelan 2021

Profil LPM Pabelan.