• Beranda
  • Headline
  • Berita
  • Cara Mengirim Tulisan
Rabu, April 14, 2021
Pabelan Online
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Ranah UMS
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
No Result
View All Result
  • Warta
    • Ranah Mahasiswa
    • Ranah UMS
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
No Result
View All Result
Pabelan Online
No Result
View All Result
Home Serba-serbi Resensi

Trauma Gadis Kecil Korban Kekerasan Seksual

12/09/2020
in Resensi
0
Trauma Gadis Kecil Korban Kekerasan Seksual
0
SHARES
10
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Judul Film       : Hope

Genre              : Drama

Durasi              : 123 Menit

TanggalRilis    : 2 Oktober 2013

Sutradara         : Lee Joon-ik

Pemain            : Sol Kyung-gu, Uhm Ji-won, Lee Re, Kim Do-yeob, Kim Sang-ho, Ra Mi-ran,    Kim Hae-sook

 

Jika mendengar istilah film korea, maka hal yang pertama kali terlintas di benak kita adalah drama tentang kisah percintaan. Film korea memang punya cara tersendiri untuk menyentuh hati para penonton, cerita yang dibuat sering membuat para penikmatnya mudah terbawa perasaan. Tak hanya kisah cintanya, film yang berasal dari negeri ginseng ini juga banyak mengangkat drama tentang isu-isu sosial, salah satu film yang berhasil membuat para penonton tersentuh adalah film Hope.

Hope merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata seorang gadis kecil yang mengalami pelecehan seksual. Film yang disutradarai oleh Lee Joon-ik ini telah berhasil menyentuh hati para penonton hingga banjir air mata. Kisah yang disajikan secara apik ini telah membawa film Hope menjadi predikat film terbaik dalam 34th Blue Dragon Awards.

Film ini menceritakan tentang kehidupan So-won, gadis kecil berusia delapan tahun. Cerita dimulai degan adegan yang menampilkan sebuah keluarga kecil sederhana, ibu Sa-won yang bernama Mi-hee (Uhm Ji-won) merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki toko kecil di rumahnya. Sedangkan ayahnya, Dong-hoon (Sol Kyung-gu) seorang pekerja di sebuah pabrik.

Karakter So-won yang diperankan oleh Lee Re dalam film tersebut memberikan kesan kepada penonton sebagai gadis yang kuat. Pada awal cerita, semua terlihat baik-baik saja, hingga sebuah tragedi mengerikan terjadi ketika Sa-won dalam perjalanan berangkat ke sekolah. Puncak masalah dimulai saat Sa-won berjalan menuju sekolah sambil memakai payung berwarna kuning, tiba-tiba seorang pria paruh baya berdiri di depan Sa-won sambil memegang layangan putus.

Saat itu gerbang sekolah sudah sangat dekat, tapi pria yang sedang mabuk tersebut menghadang dan meminta Sa-won untuk berbagi payung. Dalam scene tersebut, Sa-won terlihat sangat ketakutan, dia melihat ke arah sekitar tetapi jalanan tersebut sepi. Dari situlah cerita tragis itu dimulai.

Film ini tidak memperlihatkan detail kejadian setelah dihadangnya Sa-won oleh pria tak dikenal tersebut. Lalu di menit berikutnya, tiba-tiba terdapat scene yang memperlihatkan Sa-won berada di bangunan lama, di situ Sa-won sudah berdarah-darah dengan tubuh penuh luka.

Pria tersebut telah memperkosa dan memukulinya dengan sadis. Terdapat luka terkoyak dari anus sampai usus besarnya, akibat kejadian tersebut ia harus dioperasi kolostomi (pengangkatan usus-red), dengan membuat sebuah lubang dalam plastic bag.

Setelah kejadian tersebut, Sa-won mengalami trauma parah pada laki-laki, bahkan ia sampai merasa takut dengan ayahnya sendiri. Seperti yang terlihat pada salah satu adegan di rumah sakit, di mana ayah Sa-won ingin membersihkan pendarahan yang dialami Sa-won, dalam adegan tersebut Sa-won menangis dan berteriak menyuruh ayahnya keluar karena traumanya. Bukan hanya trauma terhadap laki-laki, Sa-won juga merasa takut saat melihat gang kecil yang pernah dilaluinya waktu itu.

Dengan menyewa sebuah kostum tokoh kartun Kokomong, sang ayah rela memakainya agar bisa berjumpa dan menjaga putrinya, Sa-won. Tidak mudah bagi Sa-won bangkit dari kejadian tragis yang menimpanya, Sa-won kerap malu terhadap teman-temannya karena plastic bag kotoran yang melekat di tubuhnya. Lambat laun, keadaan Sa-won membaik berkat bantuan seorang terapis dari sebuah yayasan bernama “Sunflower”.

Cerita yang disajikan dengan alur maju tersebut dapat memudahkan penonton dalam memahami inti cerita yang terjadi. Film Hope yang menceritakan tentang bagaimana keadaan korban pasca terjadinya kekerasan seksual, yakni dengan melewati setiap tahapan yang memerlukan waktu lama, akhirnya Sa-won dan keluarganya berhasil bangkit dari keterpurukan tersebut.

Penggambaran yang disajikan dalam film tersebut mampu memainkan emosi para penonton. Terlihat pada adegan di mana pelaku tidak ingin mengakui perbuatannya dan mengaku berada dalam keadaan mabuk.

Dalam scene ketika pengadilan menjatuhkan hukuman pada pelaku dengan kurun waktu hanya 12 tahun penjara, di situ emosi penonton diuji karena keputusan tersebut yang sontak menimbulkan kemarahan publik dan kesedihan mendalam pada keluarga korban. Adilkah? Jika kita mendengar hal tersebut, sontak pasti kita tidak akan terima. Seharusnya pelaku bisa mendapat hukuman yang setimpal sesuai perbuatannya.

Namun, film ini menyajikan ending yang tidak mengecewakan, cerita Sa-won diakhiri dengan kehidupan bahagia Sa-won setelah melewati masa-masa sulit. Film Hope mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya peran keluarga ketika anaknya dalam kondisi buruk, di kehidupan nyata banyak yang mengalami seperti Sa-won. Maka dari itu, pentingnya peran keluarga dalam menjaga anak perempuannya.

Secara keseluruhan, film Hope ini mengajarkan saya untuk terus berusaha bangkit dari keterpurukan. Film Hope merupakan salah satu film yang patut direkomendasikan untuk ditonton. Film yang banyak mengajarkan tentang kehidupan dan pembelajaran yang bermanfaat bagi para perempuan.

Penulis            : Mulyani Adi Astutiatmaja

Mahasiswa Aktif Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

 

Editor              : Rifqah

Tags: dramafilmHopeKeluargaKorban Kekerasan SeksualresensiTrauma
Previous Post

Lunturnya Daya Tawar Mawapres

Next Post

Launching Prodi Pendidikan Program Doktor, UMS Jadi yang Pertama di Jawa Tengah

Related Posts

Pengorbanan Tak Terhingga Seorang Ayah
Resensi

Pengorbanan Tak Terhingga Seorang Ayah

by pabelan
03/04/2021
NKCTHI: Dinamika dalam Keluarga
Resensi

NKCTHI: Dinamika dalam Keluarga

by pabelan
12/12/2020
The Puppeteer: Kehampaan Akan Sebuah Hidup
Resensi

The Puppeteer: Kehampaan Akan Sebuah Hidup

by pabelan
17/10/2020
Masa Remaja yang Rumit dan Haru
Resensi

Masa Remaja yang Rumit dan Haru

by pabelan
02/10/2020
Bad Genius: Ketika Pendidikan Dijadikan Ladang Mencari Cuan
Resensi

Bad Genius: Ketika Pendidikan Dijadikan Ladang Mencari Cuan

by pabelan
08/09/2020
Next Post
Jadwal Pelaksanaan Seleksi PMB UMS Dimajukan Satu Bulan

Launching Prodi Pendidikan Program Doktor, UMS Jadi yang Pertama di Jawa Tengah

Premium Content

Iss ‘Setia’ Menanti Titik Temu di Ruang Penyidikan

Iss ‘Setia’ Menanti Titik Temu di Ruang Penyidikan

04/04/2018
BEM H Gaet Bank Bukopin Gelar Donor Darah

BEM H Gaet Bank Bukopin Gelar Donor Darah

07/12/2011

Banyaknya Kasus Pencurian Membuat Beban Moral Petugas

11/01/2011
Pabelan Online

© Copyright - LPM Pabelan 2021

Profil LPM Pabelan.

Navigasi

  • Cara Mengirim Tulisan
  • Editorial
  • Home
  • REDAKSI Pabelan-Online 2021
  • Struktur Pengurus LPM Pabelan Periode 2021
  • Warta
  • Tentang LPM Pabelan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Headline
  • Warta
    • ranah ums
    • ranah mahasiswa
  • Kilas Balik
  • Opini
  • Resensi
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
  • Sanggar Foto
  • Sosok
  • Editorial
  • Cara Mengirim Tulisan

© Copyright - LPM Pabelan 2021

Profil LPM Pabelan.