Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam menjaga kualitasnya memiliki visi yaitu “Pada tahun 2029, FKIP UMS menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang menghasilkan tenaga pendidik profesional berkepribadian Islami, dan memberi arah perubahan”.
Dalam rangka mencapai visi tersebut, dilaksanakanlah berbagai program bagi mahasiswa FKIP, salah satunya adalah program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). PLP memiliki tujuan, yaitu memberikan mahasiswa pengalaman terhadap realitas yang ada di lapangan pada bidang pendidikan.
Dalam rangka memperkuat jati diri calon pendidik dan membentuk kesiapan sebagai calon pendidik, maka mahasiswa FKIP UMS diwajibkan mengikuti program PLP. PLP meliputi PLP I (pengamatan/observasi) dan PLP II (pemagangan yang mempelajari aspek pembelajaran dan pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan).
Sebelum adanya pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19), program PLP II dalam pelaksanaannya, mahasiswa diminta terjun langsung ke lapangan atau sekolah-sekolah untuk menjalankan program tersebut. Namun, semenjak adanya pandemi membuat kebijakan tersebut agak mustahil untuk dilakukan, mengingat kebanyakan sekolah harus dialihkan menjadi daring atau School from Home agar tidak terciptanya klaster baru dalam penyebaran wabah virus tersebut.
Menanggapi peristiwa itu, FKIP UMS memutuskan untuk membuat alternatif lain agar mahasiswa semester tujuh yang terdaftar dalam program PLP II bisa tetap menjalankan kewajibannya. Alternatif yang diterapkan yaitu home schooling. Home Schooling dinilai mampu menjawab segala pertanyaan mahasiswa terkait pelaksanaan program PLP II di masa pandemi sekarang ini. Terbukti dengan lebih banyaknya peserta yang memilih home schooling dibanding school visit.
Terlepas dari adanya fenomena Covid-19, alternatif home schooling sebenarnya membuat peserta PLP II lebih mudah untuk menjalankan praktik dilihat dari berbagai aspek, seperti transportasi dan keefektifan proses belajar mengajar. Meski demikian, baik home schooling maupun school visit sama-sama mengharuskan peserta PLP II untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada dasarnya, alternatif apa yang dipilih bukan menjadi permasalahan. Alternatif home schooling muncul karena adanya kondisi yang tak pernah diinginkan oleh semua pihak. Home schooling banyak dipilih peserta PLP II bukanlah sebuah kejutan, justru harus dijadikan sebuah pemakluman karena sebagai bentuk antisipasi terhadap terciptanya klaster baru penyebaran Covid-19 di suatu tempat.
Walau pada kenyataannya mahasiswa yang memilih alternatif home schooling tidak begitu mendapatkan pengalaman mengajar langsung di lingkungan sekolah, mereka harus tetap memerhatikan proses dalam mendidik selayaknya calon pendidik. Jangan sampai dengan keterbatasan ruang dan kondisi menghilangkan esensi dari program PLP II ini.