UMS, pabelan-online.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manunggal Universitas Diponogoro (Undip) adakan webinar Journalism Festival (Joufest) 2020 pada Minggu, 15 November 2020 lalu. Webinar kali ini mengangkat tema “Nasib Media dan Jurnalisme di Masa Pandemi” sebagai topik pembahasan.
Guna mendukung berlangsungnya webinar tentang jurnalistik ini, Joufest turut menghadirkan tiga pembicara yang berkompeten di bidangnya, yaitu Ikram Putra dari The Conversation Indonesia, Adi Prasetya dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, dan Zakki Amali wartawan Tirto.id. Webinar kali ini digelar secara daring lewat platform Zoom.
Selaku pembicara pertama, Ikram Putra banyak membahas perihal masalah media sekarang ini, serta alasan mengapa media perlu bertahan dan bagaimana cara media bertahan. Dalam materinya, ia mengatakan bahwa permasalahan sekarang yang tengah dihadapi media ialah ada pada perubahan perilaku pembaca serta berkurangnya belanja iklan. Meski demikian, menurutnya media perlu bertahan karena jurnalisme berfungsi sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
“Pandemi ini hanyalah katalis. Media perlu cari model bisnis baru yang tidak hanya bertumpu pada iklan,” tambah Ikram, Minggu (15/11/2020).
Adi Prasetya sebagai pembicara kedua membahas tentang cara memilah berita di era mobile journalism. Ia mengatakan, hingga saat ini sudah ada sekitar 47.000 media digital di Indonesia dan 1000 lebih sudah terverifikasi oleh Dewan Pers.
Baca Juga: KOBE UNNES Berbagi Kiat Public Speaking Lewat Webinar
Ia mengungkapkan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna memilah berita yang hoaks atau bukan, seperti memastikan media yang memberitakan tersebut adalah media resmi dan kredibel, aktif ikut diskusi soal hoax buster. “Serta cek keaslian video dan foto yang diberitakan lewat internet,” ungkap Adi, Minggu (15/11/2020).
Melengkapi webinar kali ini, Zakki Amali yang kini bekerja sebagai wartawan di Tirto.id membagikan pengalamannya terkait jurnalisme damai. Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa jurnalisme damai bertujuan untuk menjelaskan penyebab struktural dan budaya dari kekerasan, yang berdampak pada kehidupan orang-orang di arena konflik sebagai bagian dari penjelasan untuk kekerasan.
Menurut Zakki, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk pemberitaan berperspektif damai, yaitu bijak dalam memilih diksi atau sudut pandang, uraikan berita secara all side, hindari melabeli komunitas tertentu sebagai “penyebab atau penyebar”, dan meminimalkan bias iman atau agama dalam newsroom.
“Dalam konteks jurnalisme damai, yang harus kita lakukan adalah make love, not war,” tutupnya, Minggu (15/11/2020).
Pada kesempatan yang berbeda, Ulfa Mawaddah Afriliani mahasiswa Undip menanggapi adanya webinar Joufest 2020 ini. Ia mengatakan, bahwa dirinya mengetahui webinar ini dari unggahan akun Instagram LPM Manunggal. Tema yang diangkat sangat menarik, sehingga dirinya tidak memiliki alasan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam webinar tersebut.
“Saya banyak mendapatkan ilmu baru tentang nasib media di tengah pandemi setelah mengikuti Joufest 2020 ini. Terkadang sebagian orang lupa kalau pandemi ini tidak hanya berdampak pada pedagang, buruh ataupun pegawai, tetapi juga berdampak untuk jurnalis dan industri media,” kata Ulfa, Senin (16/11/2020).
Reporter : Novali Panji Nugroho
Editor : Rifqah