Keberhasilan tidak dapat diraih secara instan, diperlukan proses, tekad, dan kerja keras untuk meraihnya. Kerap kali kegagalan hadir menyertai. Namun, dari kegagalan tersebut kita menyadari bahwa kegagalan merupakan suatu proses dalam mendewasakan diri atas kekurangan yang kita miliki. Kegagalan adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa kita bukanlah manusia sempurna.
Haris Hendrik adalah orang yang paham betul akan suatu proses menuju keberhasilan. Ia adalah seorang mahasiswa asal Riau yang kini tengah menempuh studinya di Universitas Gadjah Mada (UGM). Berada di semester tujuh dalam Fakultas Kehutanan, dirinya berhasil menjadi pribadi yang diimpikan banyak mahasiswa lainnya. Sejak menjadi mahasiswa, mulai dari 2017-2020, Haris telah mengoleksi sekitar 70 prestasi, baik di tingkat regional hingga internasional.
Kepada tim pabelan-online.com dirinya bercerita mengenai beberapa prestasi yang ia dapatkan. Haris mengatakan, sejak menjadi mahasiswa pada 2017, dirinya sudah mulai berusaha untuk memantaskan diri menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres). Menurutnya, untuk meraih itu diperlukan kemampuan akademik dan non akademik. Pada 2020 lalu, Haris sukses terpilih menjadi Mawapres UGM sebagai runner up.
Tak hanya sampai di situ, Haris bercerita kalau dirinya adalah orang yang menerima penghargaan dari Rektor UGM sebanyak tiga kali sebagai Mahasiswa Berprestasi ke-3 UGM. Ia juga memiliki penghargaan Anugerah Insan Berprestasi honoree Dean’s List kedua kalinya sebagai Most Outstanding Student pada 2018-2019.
“Aku selalu memegang prinsip dalam hidupku, yakni jika belajar adalah ibadah, maka berprestasi adalah dakwah,” ungkapnya.
Semasa kecil, Haris adalah orang yang memiliki impian untuk menjadi Duta Bahasa. Menurutnya, dengan menjadi Duta Bahasa bisa memotivasi kita untuk mampu bekerja di dunia yang lebih profesional.
Berkat ketertarikannya sejak kecil dan usaha kerasnya, pada 2020 Haris berhasil terpilih sebagai pemenang terbaik II dalam Pemilihan Duta Bahasa Provinsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kata Haris, menjadi duta bahasa adalah suatu identitas baru yang patut untuk dijaga.
Ia sadar, prestasi yang selama ini berhasil diraih merupakan hasil dari kerja kerasnya. Selain itu, dengan menyadari potensi diri dan hal-hal yang ia senangi telah membawanya dalam meraih setiap mimpi-mimpinya.
Baca Juga: Mengukur Citra Mahasiswa Lewat Pers Mahasiswa
Haris bukan sekadar mahasiswa yang berprestasi. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, dirinya juga aktif dalam organisasi. Sesuatu yang dianggap mustahil oleh sebagian mahasiswa, tetapi Haris membuktikan kalau menjadi mahasiswa yang berprestasi dan aktif bukanlah hal yang tidak bisa dilakukan.
Dirinya mengatakan, bahwa awal mula mengikuti organisasi adalah ketika Haris berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), di mana ia menjabat sebagai Ketua Organisasi Siswa (Osis). Pengalaman semasa SMA itu ia bawa ke kehidupannya yang sekarang sebagai mahasiswa. Pada semester awal, Haris adalah anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) di fakultasnya.
Tak hanya organisasi dalam kampus, Haris juga aktif dalam organisasi luar kampus. Haris mengungkapkan kalau dirinya pernah menjadi Presiden di Yayasan Hamada Yogyakarta. Selain itu, ia adalah seorang Founder dan Presiden @lensapendidikan.id dan @wilokabhumi.id.
“@lensapendidikan.id merupakan yayasan sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan telah memiliki 22 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan @wilokabhumi.id yakni komunitas sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan,” tutur Haris.
Dengan mengikuti organisasi, dirinya akan memahami apa itu skala prioritas. Di mana hal itu yang ia gunakan dalam hal mengatur waktunya. Menurut Haris, melakukan sesuatu sesuai skala prioritas bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang banyak.
Haris berpesan, setiap mahasiswa memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk berprestasi. Namun, tentu saja setiap orang memiliki proses yang berbeda. Haris juga menyampaikan, bahwa insecure dan rasa ingin menyerah adalah suatu hal yang wajar. Justru perasaan seperti itu dapat menjadi ranah agar mau terus belajar dan memperbaiki diri.
Reporter : Mulyani Adi Astutiatmaja
Editor : Novali Panji Nugroho