UMS, pabelan-online.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Menteng Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, mengadakan Diskusi Rebonan dengan Biro Advokasi Pehimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Nasional. Diskusi yang bertajuk “Ke PPMI-an dan Idealisme Pers Mahasiswa” diadakan secara daring pada 28 Februari 2021 lalu.
Ayu Masruroh, Biro Advokasi PPMI Nasional selaku pembicara pada Diskusi Rebonan menjelaskan secara merinci tentang pengenalan PPMI. Ayu menjelaskan, bahwa PPMI bersifat independen, dimana tidak ada yang menyokong dana sebagaimana organisasi mahasiswa lainnya.
“Organisasi lainkan ada bantuan dana dari alumni misalnya yang menjadi anggota DPR, tetapi PPMI ini berbeda kita berusaha independen berdiri sendiri seperti itu,” ungkap Ayu, Minggu (28/2/2021).
Ayu mengatakan PPMI bukanlah apa-apa tanpa adanya LPM, PPMI ada juga karena LPM. Seperti yang tertulis pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPMI, himpunan itu berusaha meningkatkan mutu anggota dibidang jurnalistik dan manajemen pers Indonesia dan membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi anggota LPM.
Dalam diskusi ini, Ayu pun membagikan kasus-kasus yang pernah dialami oleh LPM diberbagai daerah. Pada diskusi ini Ayu mengungkap bahwa PPMI membantu LPM yang terkena tindakan represi. Sering kali pers yang kritis malah mendapatkan represi baik dari pihak kampus bahkan dari pihak aparatur negara.
“Represi tidak bisa dinormalkan, karena menormalkan represi sama seperti melanggar HAM. Represi bukan saja serangan untuk mahasiswa yang kritis, bahkan pers mahasiswa yang diam melihat penindasan itu juga bentuk represi. Karena negara atau kampus sudah berhasil mencuri hak kita yaitu melakukan pembungkaman pendapat,” tandasnya, Minggu (28/2/2021).
Baca Juga: Penanganan Tim Gugus Tugas Covid-19, UMS Sediakan Dua Lokasi untuk Karantina
Makna idealisme dalam pers mahasiswa diartikan idealisme seperti pada umumnya, tidak seperti pada filsafat yang rumit dalam pengertiannya. Pers mahasiswa harus mengungkap sebuah kebenaran.
“Pers mahasiswa itu jangan sampai mengungkap kebohongan. Kita sebagai persma kan tentu menyampaikan suatu kebenaran, kalau kita menyampaikan suatu yang salah, ya salah,” tambahnya, Minggu (28/2/2021).
Novianto Ichsanudin, aktivis dari LPM Locus IAIN Surakarta, mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa mengikuti diskusi ini dimana ia bisa menambah wawasannya mengenai apa saja tentang PPMI. Mengenai pembahasan idealisme pers mahasiswa, menurut Novianto waktu penyampaiannya terbilang cukup singkat hingga pembahasannya kurang mendalam.
Novianto juga menambahkan, bahwa diskusi kali ini ia mendapat kesempatan untuk mengetahui mekanisme bantuan hukum untuk LPM yang terkena tindakan represi. Dalam hal teknis pelaksanaannya, Novianto merasa kurang maksimal terlihat dari pelaksanaanya yang dadakan dan delay sharescreen. “Untuk diskusi ini semoga untuk operatornya lebih mempersiapkan lagi,” harap Novianto, Minggu (28/2/2021).
Reporter : Anisa Fitri Rahmawati
Editor : Alvanza Adikara Jagaddhita