UMS, pabelan-online.com – Peristiwa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu 28 Maret 2021 lalu, membuat gempar masyarakat Indonesia. Akibat insiden tersebut, sejumlah oknum mulai menyangkutpautkan aksi bom bunuh diri dengan agama apa pun.
Terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan yang tidak berkaitan dengan agama apa pun. Bahwa tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan termasuk terorisme.
Dilansir dari depok.pikiran-rakyat.com, Tokoh Nahdlatuh Ulama (NU) Umar Hasibuan ikut menanggapi soal insiden bom bunuh diri tersebut. Ia menyampaikan, bahwa agama Islam kerap kali disangkut pautkan dengan aksi semacam itu.
Hampir di setiap peristiwa bom bunuh diri dan aksi terorisme, memperkuat stigma bahwa pelakunya memiliki motif agama. Beberapa Civitas academica, juga ikut menanggapi berita yang beredar di media sosial mengenai terorisme dan agama.
Menanggapi peristiwa tersebut, Azhar Alam, selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Hukum Ekonomi Syariah (HES) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyampaikan rasa prihatinnya atas kejadian tersebut. Ia mengatakan, bahwa untuk kesekian kalinya terjadi aksi teror baik yang di gereja Makasar dan aksi nekat seorang perempuan di Mabes Polri.
Ia menekankan, bahwa tidak ada ajaran agama yang mengajarkan aksi teror termasuk bom bunuh diri. “Semua ajaran agama mengajarkan kebaikan terlebih ajaran agama Islam. Agama hanya diperalat oleh segelintir oknum untuk melakukan brain wash terhadap para korban pelaku teror,” tuturnya, Senin (5/4/2021).
Menurutnya, tindakan terorisme tersebut terjadi karena ada kesalahan seseorang dalam mempelajari agama, ataupun karena oknum yang ingin melakukan teror dengan dalih agama. Namun demikian, faktor sosial lainnya turut menyuburkan perilaku terorisme ini seperti ketidakadilan, ketimpangan sosial ekonomi, serta aspek-aspek kehidupan yang semakin jauh dari perwujudan nilai-nilai agama.
“Perlu menjadi peringatan bahwa perang melawan aksi terorisme belum usai. Masih banyak pekerjaan yang perlu digarap untuk mencegah penyebaran faham terorisme terutama yang saat ini menyasar kaum generasi millennial yang dekat dengan dunia maya dan media sosial,” ungkapnya, Senin (5/4/2021).
Ia berpesan, untuk orang tua, keluarga, kerabat, dan masyarakat harus lebih proaktif dalam memberikan edukasi anti tindakan terorisme. Pemerintah perlu meningkatkan kembali sosialisasi tentang pemahaman ajaran agama yang disalahartikan atau dijadikan alasan melakukan teror.
Beberapa mahasiswa juga ikut menanggapi aksi tersebut, salah satunya Aghna Difa Niswah, mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Ia mengatakan bahwa kejadian pengeboman di Gereja Katredal tidak ada kaitannya dengan agama apa pun, terutama dengan agama Islam. Bahkan dalam Islam diajarkan untuk saling menghargai sesama tanpa membeda-bedakan agama. Dalam ajaran agama apa pun tidak ada anjuran untuk membunuh sesama manusia.
“Jika bom bunuh diri itu dikaitkan dengan agama islam maka salah, jangan membawa nama agama dalam pengeboman tersebut. Pengeboman yang terjadi di gereja itu sudah melenceng dari ajaran Islam sendiri, Islam selalu mengajarkan untuk mengasihi terhadap sesama,” tuturnya, Kamis (1/4/2021).
Sepakat dengan pandangan Azhar, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Rusmida Taput menyampaikan rasa sedih dan prihatin. Ia tidak menyangka atas kejadian yang menimpa di gereja tersebut.
Menurutnya, motif pelaku pengeboman tersebut, tidak ada hubungannya dengan agama. “Kalau berkaitan dengan hal agama kayaknya enggak, mungkin saja si pelaku punya kebencian dengan seseorang kemudian dilampiaskan ke orang lain,” tuturnya, Kamis (1/4/2021).
Ia juga menambahkan bahwa dengan adanya pengeboman tersebut akan menimbulkan rasa takut ketika beribadah di gereja, untuk itu para jemaat harus selalu waspada sehingga kegiatan ibadah di gereja bisa tetap terlaksana.
“Keamanan harus ditingkatkan lagi baik di gereja, masjid, maupun tempat ibadah lainnya sehingga tidak ada kekhawatiran yang berlanjut dengan adanya peristiwa kemarin,” harapnya, Kamis (1/4/2021).
Reporter : Jannah Arrum Sari
Editor : Mulyani Adi Astutiatmaja