UMS, pabelan-online.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Justissica Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Diskusi Publik melalui platform Google Meet dengan mengusung tema “McD, BTS, dan Kapitalisme” pada Jumat, 11 Juni 2021 lalu. Diskusi tersebut membahas tentang hubungan antara BTS Meal dan perilaku konsumeris.
BTS Meal merupakan menu kolaborasi antara McDonald’s Indonesia dengan boyband asal Korea Selatan Bangtan Sonyeondan atau lebih popular dengan sebutan BTS. Kolaborasi tersebut, seolah memancing antusias para pecinta BTS di Indonesia. Sehingga membuat masyarakat menjadi panic buying dan menyebabkan kerumunan dibanyak outlet McD di seluruh Indonesia.
Fierdha Muhammad Ali, selaku pembicara dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa kerumunan yang terjadi di McD tidak hanya terjadi sekali, namun terjadi dua kali yaitu pada saat penutupan McD di Sarinah dan saat melakukan kolaborasi dengan BTS.
“Hal ini seharusnya bisa kita lihat dari berbagai macam perspektif, dari perspektif kapitalis, mahasiswa biasa, konsumen McD, kpopers atau gojek,” ujarnya, Jumat (11/6/2021).
Baca Juga: Aliansi BEM Solo Raya Nobar Film The EndGame Soal Pelemahan KPK
Menurut teori dari Friedman, McDonals hanya masuk ke negara-negara dengan ekonomi menegah dan stabil, karena Mcd hanya ingin berivestasi di negara yang menjanjikan. Menurutnya, dengan masuknya McD ke negara-negara tersebut membuat masyarakat menjadi konsumeris.
“Mengapa McD ini membuat orang Indonesia menjadikannya seperti kebutuhan yang tidak tergantikan. Karena McD seolah-olah membuat dirinya menjadi satu-satunya yang menyediakan hal-hal yang mereka jual, inilah konsep dasar kapitalis. Seperti berkolaborasi dengan BTS yang membuat mereka seperti satu-satunya yang bisa melakukannya,” tuturnya, Jumat (11/6/2021).
Membahas tentang BTS dan fansya yang sangat solid. Fierd mengungkapkan, bahwa hal tersebut dapat membuat BTS yang tidak terorganisir tetapi dapat bergerak dengan basis-basis fans yang sangat loyal. Ia beranggapan, bahwa hal tersebut dapat terjadi karena perkembangan teknologi sekarang yang membuat para fans bisa sangat dekat dengan para idolanya.
“Seperti dahulu saya ngefans dengan Queens, mentok hanya bisa dapet posternya atau lihat idolanya di televisi saja sudah senang, Sekarang untuk berinteraksi dengan idola bahkan sudah ada website atau aplikasinya, hal inlah yang membuat mereka lebih loyal dengan idolanya,” ujarnya, Jumat (11/6/2021).
Di akhir diskusi, Fierda menjelaskan bahwa untuk kasus tersebut, tidak bisa hanya dipandang dari segi baik atau buruknya. Melainkan dari segi kesempatan dan hal yang bisa diciptakan di masa depan dengan belajar dan mengambil nilai dari fenomena tersebut.
“Selain itu, kekempokan dari para kpopers ini seharusnya juga bisa diarahkan untuk bergerak untuk hal-hal yang positif, seperti kegiatan kemanusiaan, dan lain-lain,” ungkapnya, Jumat (11/6/2021).
Krisna Indra salah satu peserta dari Diskusi Publik, memberikan tanggapannya mengenai diskusi tersebut. Ia mengungkapkan, bahwa topik dari diksusi cukup menarik karena mengangkat tema fenomena yang sedang terjadi sehingga dapat mengambil sisi lain dari fenomena tersebut.
“Saya berharap para mahasiswa lebih mendalami suatu fenomena dan isu bukan hanya dari satu sisi atau perspektif saja, namun juga faktor-faktor dibalik itu semua,” harapnya ketika diwawancarai via WhatsApp, Jumat (11/6/2021).
Reporter : Ajeng Lotifah Wardani
Editor : Mulyani Adi Astutiatmaja