UMS-pabelan-online.com – Aliansi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) gelar diskusi bertajuk Sejarah Resimen Mahasiswa (MENWA) dan Bahaya Militerisme Dalam Kampus di Hall lantai tiga Gedung I UMS. Hal tersebut sama halnya yang pernah terjadi pada tahun 2000 silam dimana masih dengan kasus yang sama yakni persoalan Menwa.
Gemparnya pembubaran menwa juga pernah diulas dalam Tabloid Pabelan Pos edisi 57/November 2002. Dalam Tabloid tersebut sudah dipaparkan bahwa, pada tahun 2000 telah terjadi diskusi yang melibatkan elemen lembaga kemahasiswaan, mahasiswa, pihak rektorat, dan menwa. Bahkan, aspirasi penghapusan militarisme dari dalam kampus sudah ada sejak 1997.
Adanya gaya militarisme yang sering dilakukan tanpa sadar seperti adanya perploncongan terhadap mahasiswa baru itu dikarenakan adanya senioritas dalam kampus yang menyalahi aturan.
Setelah sekian lama, isu pembubaran menwa kembali mencuat dan menjadi perhatian beberapa mahasiswa. Diketahui pada bulan April, UKM Menwa melakukan kegiatan diklat yang mengakibatkan korban jiwa.
Kampus adalah area pendidikan yang bebas dari campur tangan militer. Sehingga pembubaran menwa termasuk tuntutan reformasi yang sudah semestinya dilaksanakan guna mewujudkan kampus yang reformis.
Kasus meninggalnya peserta diklat beberapa bulan lalu, mendorong kawan-kawan lembaga kemahasiswaan dan mahasiswa UMS untuk berkumpul dan membentuk wadah bersama guna merespon persoalan ini.
Muhammad Hisbun selaku pemantik diskusi menjelaskan bahwa budaya militerisme yang dijalankan Menwa berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya dijalani oleh mahasiswa, karena budaya militerisme hanya mengenal sifat perintah dan kepatuhan.
Sedangkan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah budaya demokratis dan kritis, sehingga hadirnya MENWA dalam kampus tidak relevan dengan budaya mahasiswa yang seharusnya dijalani saat ini.
Dalam diskusi tersebut juga dijelaskan mengenai sejarah Menwa yang berkaitan dengan adanya penghapusan Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan pencabutan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri.
Sehingga jika dilihat dari budaya maupun sejarahnya, Menwa tidak cocok ditempatkan dimanapun karena anggotanya adalah mahasiswa dan budaya yang mereka jalankan tidak relevan. “Kalau mau jadi tentara atau sektor keamanan, ya sudah daftar saja sebagai tentara”, Tegas Hisbun, Jumat (29/10/2021).
Reporter : Muklis Sirotul Munir
Editor : Jannah Arruum