Judul Novel : Burlian
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Halaman : 339 hlm, 20 cm
Tahun terbit : 2009 (cetakan pertama)
Novel Burlian karya Tere Liye merupakan novel yang bertemakan persahabatan, dan kekeluargaan. Novel yang diterbitkan pada tahun 2009 ini menghadirkan kembali suasana dan potret kehidupan anak-anak pulau Sumatera pada era Orde Baru dimana pada saat itu hanya terdapat satu channel televisi Indonesia, yaitu TVRI. Novel ini mampu menghadirkan kisah-kisah inspiratif yang dikemas melalui petualangan dan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini menceritakan tentang kisah perjalanan hidup seorang anak spesial dan nakal bernama Burlian. Ia berasal dari keluarga kurang mampu yang bertempat tinggal di sebuah desa terpencil di Sumatera.
Burlian “si Anak Spesial”, anak ketiga dari empat bersaudara. Dua kakaknya bernama Eliana dan Pukat. Adiknya bernama Amelia. Julukan “si Anak Spesial” diberikan kepada Burlian oleh Mamak dan Bapak. Bahkan tetangga, kenalan-kenalan Bapak dan Mamak juga ikut memanggilnya seperti itu. Itu adalah cara terbaik bagi Bapak dan Mamak untuk menumbuhkan percaya diri dan keyakinan pada diri Burlian. Panggilan itu seolah menjadi pegangan penting setiap Burlian terbentur masalah.
Burlian terlahir dari orang tua yang tak tamat Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar) membuat Bapak terus menanamkan prinsip pada anak-anaknya betapa pentingnya pendidikan. Untuk mendapatkan biaya sekolah untuk keempat anaknya, Mamak dan Bapak bekerja dari pagi hingga petang di kebun demi pendidikan yang dulu tak pernah mereka rasakan hingga tamat.
Suatu hari, Burlian dan Pukat merencanakan bolos sekolah untuk mencari belalang di kebun. Namun sayangnya, Amelia memergoki keduanya. Amelia mengadukan perbuatannya hingga mereka mendapatkan hukuman yang tidak pernah ia duga. Burlian dan Pukat diizinkan tidak sekolah akan tetapi mereka harus bekerja mencari kayu bakar, bolak-balik naik turun dari rumah ke hutan dan sebaliknya. Mereka bekerja dari matahari terbit hingga matahari terbenam dengan hanya mendapatkan makan siang berupa nasi tanpa lauk dan sayur. Pelajaran penting yang ingin Mamak sampaikan adalah bersekolah lebih mudah daripada bekerja seharian penuh seperti Mamak dan Bapaknya.
Kisah masa kanak-kanak seorang Burlian amat menyenangkan, penuh dengan cerita dan kenakalan. Mulai dari menembus batas terlarang hutan, menjadi tahanan stasiun kereta sampai dengan kisah persahabatan Burlian dengan anak ringkih hitam dan pendiam yang pada akhirnya menjadi seorang yang pemberani.
Dalam setiap kisah spesial Burlian, Nampak bagaimana sikap Mamak dan Bapak yang begitu cerdasnya memberikan pelajaran berharga dalam penyelesaian masalah yang Burlian hadapi. Dunia Burlian yang percaya diri dan rasa ingin tau mengantarkannya pada pengalaman-pengalaman baru. Termasuk pengalamannya mengenal Nakamura-San. Pria berumur 45 tahun berkebangsaan Jepang yang datang ke desa Burlian untuk proyek pembuatan jalan. Nakamura-San yang selalu memanggil Burlian dengan sebutan Burlian-kun ini telah menganggap Burlian seperti anaknya sendiri. Bagaimana tidak, Nakamura-San memiliki anak perempuan yang seumuran dengan Burlian.
Dengan profesinya sebagai Penjelajah Negeri demi sebuah proyek pembangunan, gadis kecilnya itu membencinya, merasa benci sekali dengan keadaan, kenapa harus dipisahkan dengan ayahnya. Jadilah Burlian sebagai teman yang selalu mendengarkan curahan hatinya. Hingga akhirnya persahabatan antara Burlian dengan Nakamura-San membawa Burlian meraih impiannya, Nakamura menawarkan diri untuk menyekolahkan Burlian di kota, hingga akhirnya Burlian mendapatkan beasiswa ke Jepang hinga tercapailah cita-citanya.
Kelebihan dari novel ini adalah kecerdikan penulis dalam menggambarkan petualangan Burlian sang anak laki-laki yang hidup di sebuah keluarga yang sederhana sehingga pembaca seakan terbawa dalam cerita tersebut.
Penulis juga menggambarkan cara mendidik yang sangat unik dan membekas di hati anak, tidak memukul dan memarahi habis-habisan cukup dengan tindakan yang sederhana. Seperti Mamak yang menghukum Burlian dengan menyuruhnya mencari kayu bakar naik gunung dan hanya berbekal nasi tanpa lauk.
Alur cerita novel ini sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan dan menyenangkan. Penulis dapat membawa kita seakan mengenal Burlian dan ikut terbawa setiap suasana, baik senang, haru, sedih dan sebagainya. Hal-hal sederhana dalam cerita novel ini mempunyai nilai tersendiri yang dapat dijadikan pelajaran. Mengajarkan tentang kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, dan kerja keras dalam hidup. Novel ini juga menggambarkan bagaimana besarnya cinta orang tua terutama ibu tercinta.
Pada awal cerita ada bagian-bagian yang kurang gereget dan ada perasaan sedikit membosankan saat membacanya.Tidak fokus pada satu masalah utama, sehingga membuat para pembaca bosan. Selain itu, beberapa bahasa asing juga tidak disertai definisi, sehingga para pembaca mengalami kebingungan.
Novel Burlian ini pantas untuk dibaca siapa saja, terutama untuk anak-anak. Sesuai konsep nya yang inspirasional. Novel ini memberikan kita banyak inspirasi, pesan dan kesan dalam setiap kisah-kisah petualangan dan kisah-kisahnya dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini memang layak untuk menjadi buku bacaan.
Penulis : Latifah Elfrida Sari
Mahasiswa Aktif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Mulyani Adi Astutiatmaja