Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, hedone yang artinya kesenangan. Hedonisme merujuk pada perspektif yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama dalam hidup. Ironisnya, kesenangan dan kebahagiaan materi menjadi tujuan utama hidup mereka. Gaya hidup hedon ini sudah meluas hampir di setiap lapisan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah kalangan mahasiswa. Reporter Pabelan-online.com berkesempatan berbincang langsung dengan Rizki Zulfa Qatrunnada, Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Kepala Biro Konsultasi dan Pemeriksaan Psikologi (BKPP) mengenai gaya hidup hedon di kalangan mahasiswa pada Jumat, 25 Februari 2022.
Bagaimana perbandingan mahasiswa dulu dan sekarang terkait dengan hedonisme? Apakah mahasiswa dulu juga ada yang bersifat hedon?
“Sebetulnya sama saja. Mahasiswa di masa orang tua kita pun banyak juga yang menganut gaya hidup hedonis. Karena kalau diruntut sejarahnya, gaya hidup hedonis ini sudah ada sejak dahulu kala. Hanya saja saat ini semakin marak karena dipengaruhi oleh faktor modernisasi, budaya, dan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Sehingga berdampak besar pada perubahan gaya hidup mahasiswa saat ini.”
Bagaimana pandangan Ibu terhadap mahasiswa yang mengikuti gaya hidup hedonis?
“Fenomena gaya hidup hedonis semakin marak saat ini dengan adanya tempat hiburan yang menjamur di mana-mana, seperti kafe, pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan sebagainya. Atau juga dalam melakukan transaksi jual-beli yang saat ini dipermudah dengan maraknya e-commerce.
Mahasiswa yang umumnya berada pada tahapan remaja akhir menuju dewasa awal—atau bisa disebut dengan tahap emerging adulthood—ditandai dengan adanya eksplorasi dan bereksperimen terhadap dunianya. Pada masa ini, individu juga mengalami masa peralihan untuk hidup lebih mandiri dari keluarganya, sehingga ia memiliki keinginan yang lebih besar untuk diterima dalam lingkungan sosialnya agar eksistensinya diakui. Sehingga individu akan berusaha untuk mengikuti tren dan menyesuaikan diri, baik dalam berperilaku, berpenampilan, maupun bergaya supaya menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya.”
Apa saja bentuk batasan seseorang itu dapat dikatakan masuk dalam kategori hedonis?
“Mahasiswa yang cenderung mementingkan penampilan fisik, atribut yang digunakan, dan kehidupan glamor mengubah pola pikir dan perilaku yang menekankan pada kesan modern dan prestisius. Mindset mengenai “you only live once” alias YOLO menyebabkan anak-anak muda tidak berpikir panjang untuk bersenang-senang, hura-hura, dan menghambur-hamburkan uang untuk memenuhi kesenangannya.”
Menurut Ibu, apakah perilaku hedonisme itu selalu buruk?
“Gaya hidup hedonis pada mahasiswa yang menawarkan akan pemuasan terhadap keinginan dan kesenangan hidup daripada belajar, karena waktu luangnya lebih banyak digunakan untuk bersenang-senang. Padahal kita justru perlu mempersiapkan diri sejak muda untuk menjadi pribadi yang terencana dan bisa mengontrol diri, terutama pada mahasiswa yang dinilai sebagai cerminan generasi muda dan penerus bangsa. Hal ini yang menyebabkan perilaku hedonis dikaitkan dengan gaya hidup yang negatif.”
Apa saja faktor- faktor yang mengakibatkan mahasiswa menjadi hedonis?
“Ada dua faktor, faktor internal dan eksternal. Faktor internal muncul dalam diri individu untuk bergaya hidup sesuai dengan keyakinan dan keinginannya, misalnya sikap terhadap gaya hidup hedonis yang berorientasi pada kemewahan, kemegahan, dan kesenangan menjadi pusat perhatian, pengalaman dan pengamatan terhadap orang lain atau role model yang dikagumi dan dianggap tampil lebih baik, kepribadian sebagai karakter psikologis di mana seseorang yang memandang gaya hidup hedonis seperti kepribadiannya maka ia akan mengikuti gaya hidup hedonis.
Faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu yang memicu seseorang untuk hidup hedonis misalnya adalah keluarga, terutama terkait pola asuh orang tua dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam aturan keluarga. Kemudian kelas sosial. Tingkatan sosial dan pandangan kelompok sosial yang para anggotanya memiliki minat dan tingkah laku yang menganut paham hedonis. Lalu, kebudayaan dan pergaulan yang menekankan pada konformitas dan kebutuhan afiliasi yang tinggi untuk diterima oleh lingkungan pergaulannya. Selain itu, pengaruh teknologi dan informasi yang semakin pesat banyak mengubah gaya hidup mahasiswa ke arah yang modern juga mementingkan nilai prestise.”
Apa pengaruhnya pada psikis jika mahasiswa melakukan gaya hidup hedonis?
“Pengaruh hedonisme pada mahasiwa bisa bervariasi, misalnya pada pergaulan bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, sikap konsumtif yang dapat mengarah pada impulsive buying, sifat materialistis yang menekankan berbagai hal semata-mata hanya berdasarkan nilai materinya, dan sifat-sifat lainnya seperti pemalas, tidak bertanggung jawab, hingga kurang disiplin.”
Bagaimana tanggapan Ibu mengenai mahasiswa yang hedonis, tetapi mengganggap bahwa gaya hidup tersebut untuk memberikan reward bagi dirinya sendiri karena telah melakukan suatu usaha?
“Memberikan penghargaan sebagai bentuk self-rewards sesekali itu boleh saja, asal mengetahui batasan dan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi keuangan. Kalau self-rewards dilakukan tanpa perencanaan itu yang perlu dihindari. Sesuatu yang berlebihan apa pun bentuknya tetap tidak baik. Self-rewards tidak harus keluar uang, sekadar beristirahat sejenak, melakukan hobi, atau meluangkan waktu untuk me time dengan melakukan aktivitas sederhana sekadar melepas lelah sudah bisa disebut self-rewards.”
Bagimana harapan Ibu ke depannya terkait mahasiswa yang hedon?
“Untuk mahasiswa, bekali diri Anda dengan ilmu untuk membuat perencanaan hidup yang matang dan kemampuan untuk mengontrol diri. Kenali siapa diri Anda, bangun konsep diri yang kuat, dan latih kemampuan mengontrol diri dengan sebaik-baiknya.
Belajarlah untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Tahan keinginan untuk bersikap hedonis, fokus pada kebutuhan pokok dan hal-hal prioritas dalam hidupmu.
Perluas pergaulan dengan orang-orang yang memiliki growth mindset, dan tinggalkan lingkungan yang memberikan pengaruh negatif. Berproseslah dalam kehidupan. Dalam hidup, manusia akan terus berproses, begitu pula dengan Anda. Mahasiswa yang saat ini masih berada dalam tahap eksplorasi tentu akan menemui proses yang panjang dalam mencari nilai-nilai kehidupan untuk menjadi lebih baik di masa depan. Pilih langkah dan cara yang tepat untuk menjadikan kehidupan lebih bermakna dan menjadi pribadi yang berkualitas.”
Reporter : Detty Putri Marlina
Editor : Ashari Thahira