Judul Buku : Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Penulis : J.S Khairen
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tahun terbit : 2019
Jumlah halaman : 353 halaman
Novel ini menceritakan tentang lika-liku kehidupan mahasiswa yang berjuang meraih apa yang dicita-citakannya. Awal kisah dimulai dari dua sahabat bernama Ogi dan Ranjau yang berkuliah di kampus UDEL. Sebuah kampus yang tidak terkenal yang mana kalau dicari di mesin pencaharian Google tidak akan ketemu. Mereka yang kuliah di UDEL mempunyai bermacam-macam alasan yang berbeda. Ada yang serius kuliah demi menjadi orang yang sukses, ada yang memang otaknya tidak mampu masuk perguruan tinggi negeri, juga ada yang uang orang tuanya tak sanggup masuk universitas swasta unggulan. Ada yang terpaksa, sampai ada yang kuliah hanya sekadar mengisi waktu luang saja.
Termasuk dua tokoh utama ini yang memiliki alasan berbeda, Ranjau sendiri kuliah karena ingin merubah nasibnya menjadi orang sukses. Sedangkan Ogi, kuliah karena paksaan dari Ranjau dan orang tuanya. Bahkan orang tua Ogi rela berutang demi anaknya bisa masuk kuliah.
Cerita berlanjut ketika hari pertama mereka kuliah di kampus UDEL. Para mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendapatkan bimbingan. Ogi dan Ranjau, mereka satu kelompok bersama dengan lima mahasiswa lainnya, yaitu Akro, Gala, Juwisa, Chaterine, dan Sania dengan dosen pembimbing Bu Lira. Ogi adalah ketua dari kelompok tersebut. Dari situlah persahabatan mereka muncul seiring berjalannya waktu dengan saling membantu dan memberikan motivasi. Mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama berjuang untuk meraih apa yang mereka impikan.
Namun, permasalahan kian timbul di antara mereka. Dimulai dari Ogi yang selama kuliah selalu membolos dan mendapatkan nilai jelek lalu berujung di-drop out dari kampus. Dia juga sempat ingin mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena banyaknya masalah yang ia tanggung. Lalu Juwisa, karena ayahnya hanya seorang ojek online sehingga tidak mampu membiayai kuliahnya. Kemudian ayahnya pun menyuruh Juwisa untuk berhenti kuliah dan menjodohkannya dengan anak temannya.
Masalah lain lagi dari Gala, yang menentang ayahnya dan tidak mau meneruskan bisnis ayahnya, lantaran Gala bercita-cita menjadi seorang guru dan bukan pebisnis. Lalu, Sania yang mempunyai masalah dengan orang tuanya yang tidak setuju kalau Sania menjadi seorang musisi. Ia juga sempat dipenjara untuk menjalankan rehabilitasi karena tertangkap basah mengonsumsi barang haram berupa narkoba. Sedangkan Ranjau, ia tidak kunjung menemukan pekerjaan yang telah ia dambakan setelah lulus sarjana.
Meski demikian, pada akhirnya mereka berhasil bertahan dari pemasalahan yang mereka alami, meski sebagian dari mereka harus merelakan impiannya demi kebahagiaan orang tuanya.
Dari novel ini dapat diambil sebuah pembelajaran yang penting, bahwa dalam meraih impian, kita tidak boleh menyerah dan harus bertahan dalam situasi seburuk apa pun. Pesan yang terkandung, khususnya bagi mahasiswa, yakni jadilah sarjana yang bermanfaat bagi masyarakat. Jangan sampai kita menjadi “sarjana kertas” yang hanya sekadar kuliah tanpa memberikan manfaat apa pun. Sarjana sebagai produk dari perguruan tinggi yang telah bertahun-tahun diolah dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman, sebaiknya dapat memberi manfaat, baik bagi masyarakat maupun lingkup luas. Ilmu pengetahuan yang didapat selama masa studi tersebut, meski sedikit, akan membawa manfaat jika diamalkan dengan cara yang tepat.
Cerita dalam novel ini pun menurut saya sangat mencerminkan kehidupan di dunia perkuliahan yang disisipkan beberapa unsur komedi dan kritik terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, kritik tersebut tidak hanya untuk institusi pendidikan saja, melainkan juga untuk dosen, orang tua, dan mahasiswa sehingga cocok untuk dibaca oleh semua kalangan. Selain itu bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh pembaca.
Penulis : Nova Surya Pradana
Mahasiswa Aktif Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Tsania Laila Magfiroh