UMS, pabelan-online.com – Partai Gelora Indonesia menyelenggarakan acara Gelora Talks dengan tajuk “Mengukur Napas Gerakan Mahasiswa Indonesia” yang digelar pada Rabu, 20 April 2022. Acara ini digelar secara daring melalui kanal YouTube Gelora TV dengan menghadirkan pengamat nasional dan akademisi, serta perwakilan mahasiswa.
Pada 11 April 2022 lalu, terjadi aksi unjuk rasa oleh para mahasiswa, pelajar, dan pemuda yang turun ke jalan menuju Gedung Parlemen. Mereka membawa tuntutan berupa penolakan penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan perpanjangan masa jabatan tiga periode, menuntut kajian ulang Undang-undang (UU) Ibu Kota Negara (IKN), kasus kelangkaan minyak goreng, dan meminta presiden untuk mengkaji kinerja para anggota kabinetnya. Gerakan aksi mahasiswa Indonesia ini tidak hanya terjadi di ibu kota, tetapi terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Anis Matta, selaku Ketua Umum Partai Gelora Indonesia mengungkapkan hal yang menjadi sorotan pada demo 11 April 2022 lalu. Pertama, persebaran demo yang merata di seluruh Indonesia dan menunjukkan bahwa representasi mahasiswa atas tuntutan situasi masyarakat dianggap nyata di semua titik. Menurutnya, hal tersebut berarti gerakan aksi ini terjadi secara nasional.
Lanjutnya, yang kedua, adanya tuntutan dari mahasiswa yang telah terpenuhi, yaitu tuntutan penolakan penundaan pemilu. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo bahwa pemilu akan diadakan sesuai jadwal dan dengan tahapan yang telah ditentukan.
Anis menambahkan, dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa Indonesia selalu berkaitan dengan moral karena mahasiswa merupakan penjaga moral.
“Itu sebabnya wibawa moral di Indonesia sangat besar apabila dibandingkan dengan negara-negara lain,” ungkapnya, Rabu (20/4/2022).
Arjuna Putra Aldino, selaku Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berpendapat sudah saatnya mahasiswa melakukan refleksi kritis terhadap kondisi bangsa Indonesia. Selanjutnya ia menjelaskan, seperti pada kasus harga minyak goreng yang meningkat drastis disebabkan bukan semata-mata karena dari harga Crude Palm Oil (CPO) Internasional meningkat, tetapi juga faktor dominasi kepemilikan perkebunan sawit yang relatif oligarki.
Ia menambahkan, peran mahasiswa sebagai refleksi kritis untuk meluruskan jalan pemerintahan agar pemerintahan tidak di luar koridor. Arjuna mengungkapkan bahwa napas gerakan mahasiswa memang bergantung pada seberapa mampu mahasiswa mempertahankan gerakan moral yang ada.
“Sebenarnya napas dari gerakan mahasiswa adalah refleksi kritis terhadap pemerintah dengan power of knowledge yang kita miliki,” ungkap Arjuna, Rabu (20/4/2022).
Abdul Musawir Yahya, selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjelaskan bahwa persoalan naiknya harga minyak goreng, kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan penundaan pemilu itu hanya instrumen. Ia berpendapat bahwa sebenarnya terdapat persoalan yang lebih besar daripada hal tersebut yang terjadi pada saat ini, seperti konflik agraria di beberapa daerah.
“Beberapa bulan yang lalu kami menangani konflik Riau di mana sejumlah warga Riau datang ke Jakarta untuk menyuarakan aspirasinya. Mereka berharap pembangunan agar tidak dilanjutkan.” Jelasnya, Rabu (20/4/2022).
Angelia Suci, mahasiswa program studi (Prodi) Akutansi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai peserta dalam acara tersebut mengungkapkan jika mahasiswa hadir bukan untuk bicara tentang kekuasaan ataupun politik praktis saja, tetapi melakukan politik kritis. Ia berharap partai politik menjalankan tugas dengan baik karena partai politik adalah salah satu wadah yang melahirkan kepemimpinan dan baik buruknya sistem juga dipengaruhi oleh partai politik.
“Diharapkan dalam melaksanakan tugasnya partai politik tidak gagal dan menjadi berkesan saat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan ide-ide yang baik,” harapnya, Rabu (20/4/2022).
Reporter : Yuniyar Hazhiyah
Editor : Aliffia Khoirinnisa