Judul Buku : Bincang Akhlak
Penulis : Takdir Alisyahbana Ridwan
Penerbit : Mediakita
Tahun terbit : 2019
Jumlah halaman : 234 halaman
Bincang Akhlak merupakan sebuah novel bergenre komedi yang ditulis oleh Takdir Alisyahbana Ridwan. Isi dari novel ini menceritakan perjalanan hidup si Jek mulai dari ia lahir, semasa sekolah, sampai menikah. Buku ini menyajikan pembelajaran hidup yang mengandung makna dengan bahasa santai yang mudah dimengerti, disertai bumbu humor yang akan mengocok perut pembaca.
Sejak bayi, Jek sudah kelihatan alimnya, dia tidak mau nyusu kalau ibunya tidak membacakan doa sebelum makan dan sering menangis di sepertiga malam, mungkin agar orang tuanya bangun untuk salat tahajud. Karena didikan dari Bapaknya yang seorang imam masjid, Jek tumbuh menjadi anak yang saleh dan taat kepada kepada orang tua. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia dan bertemu dengan banyak orang yang memiliki kepribadian yang berbeda, serta berbagai masalah yang ia alami, perlahan-lahan Jek mulai tersesat menjadi anak nakal yang jauh dari kata saleh.
Pertama kali Jek mengenal kenakalan remaja pada saat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada zaman itu masih booming permainan konsol PlayStation (PS). Jadi setiap pulang sekolah Jek selalu mampir ke tempat rental PS bersama temannya. Saking ketagihannya bermain PS, Jek dan temannya terkadang bolos sekolah untuk bermain PS. Bahkan Jek sampai berani mencuri uang Bapaknya demi bisa bermain PS.
Setelah Jek menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Jek mulai mengenal soal percintaan. Ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang bernama Fila, setelah usaha-usaha yang dilakukan oleh Jek untuk mendekati Fila akhirnya mereka berpacaran. Namun hubungan mereka kandas, karena Fila harus pergi keluar kota untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selama masuk dunia perkuliahan, Jek semakin tersesat karena pengaruh dari temannya, dia pernah mencuri helm setiap kali kehabisan uang. Tidak hanya itu, Jek juga pernah mengonsumsi narkoba karena teman-temannya banyak yang memakai barang haram tersebut. Dikarenakan Jek tidak serius dalam menjalani kuliahnya, ia wisuda lebih lama dibanding teman-temannya. Setelah lulus pun Jek tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Sudah banyak tempat yang didatangi, mulai dari rumah makan, toko boneka, bengkel sampai Rumah Tahanan (Rutan) Salemba, semua menolaknya.
Meski demikian, pada akhirnya Jek mendapatkan pekerjaan yang layak. Pada suatu kali perjalanan dari kampung ke kota, Jek menolong korban kecelakaan yang sedang mengalami masa kritis. Momen itulah, Jek mulai teringat dosa-dosa yang dilakukanya dahulu, setelah sampai di indekosnya, Jek masih terbayang-bayang wajah korban kecelakan yang begitu kesakitan ketika itu.
Ketakutan itu semakin menjadi, sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengambil wudu kemudian beribadah. Didalam salatnya pun masih terbayang kejadian itu, setelah itu mulutnya tak henti-hentinya beristighfar. Malam itu seakan menjadi titik balik perubahan diri Jek, secara perlahan dia mejadi pribadi yang lebih baik dan mejadi saleh seperti dahulu lagi. Jek menyesal mengapa dulu dia memakai narkoba, padahal ibadah sudah cukup membuat kecanduan. “Sekarang mah boro-boro pakai narkoba, diajakin karaoke saja pas giliran megang mic malah reflek melantunkan azan,” kata Jek di dalam kutipan bukunya.
Karena suatu kejadian, secara tidak sengaja Jek dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya, yaitu Fila. Setelah beberapa kejadian, Jek memberanikan diri untuk melakukan pendekatan kepada Fila dengan cara taaruf. Mereka saling berkomitmen untuk saling menjaga hati, tetapi tidak berpacaran. Sampai akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia.
Tampilan kover buku ini dibuat menarik dengan gambar karakter, cocok menjadi bacaan ringan untuk para kawula muda kala senggang. Meski demikian, hal itu tetap tidak mengurangi pembelajaran yang ada didalamnya. Hikmah yang bisa diambil dari novel ini adalah bagi kalian yang sudah berlumuran dosa, jangan pernah merasa telalu kotor untuk berubah. Pintu tobat selalu terbuka sebelum nyawa seseorang sudah ditenggorokan. Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang, meski pun dosamu sebanyak buih di lautan.
Penulis : Nova Surya Pradana
Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Aliffia Khoirinnisa