Judul : Ananta
Sutradara : Rizki Balki
Produser : Manoj Punjabi
Penulis : Alim Sudio
Pemeran : Michelle Ziudith, Fero Walandouw, Nino Fernandez
Durasi : 87 menit
Rilis : 3 Mei 2018
Film Ananta merupakan adaptasi dari novel karya Risa Saraswati yang berjudul Ananta Prahadi. Novel ini diterbitkan pada tahun 2014 dan menjadi Based on the Best Selling Novel, sedangkan film Ananta sendiri sudah tayang sejak 3 Mei 2018. Film tersebut merupakan hasil garapan MD Pictures.
Film yang dibintangi oleh sejumlah artis ternama ibu kota, seperti Michelle Ziudith, Fero Walandouw, Nino Fernandez, Jihane Almira, Roy Sungkono, Nova Eliza, Anjasmara, dan Asri Welas ini beraliran romance dan comedy.
Ananta menceritakan tentang sepasang remaja, yakni Tania yang diperankan oleh Michelle Ziudith dan Ananta yang diperankan oleh Fero Walandouw.
Tania merupakan seorang remaja yang memiliki sifat anti-sosial, mudah tersinggung, emosional, dan terkesan aneh di mata teman-teman dan keluarganya.
Namun, meski begitu Tania memiliki kecintaan terhadap seni, di mana bakatnya itu ia tuangkan dalam lukisan-lukisan yang dibuat melalui imajinasi liar, sehingga terkesan misterius, unik, dan susah ditebak orang lain.
Kehidupan Tania mulai berubah ketika seorang pemuda udik dari Subang bernama Ananta Prahadi atau Anta hadir di kehidupan seorang Tania.
Anta berusaha menjadi teman terbaik yang pernah dimiliki Tania. Anta selalu berusaha memahami kondisi, kepribadian, keunikan, dan keistimewaan Tania.
Hingga, suatu hari nasi kerak yang menjadi awal hubungan baik antara Tania dan Anta, karena Tania amat menyukainya.
Sampai suatu hari, Anta membantu Tania membuka galeri seni di rumahnya sendiri, yang akhirnya membuat lukisan Tania dapat dibeli, dihargai, dan diapresiasi.
Pada suatu malam Anta pergi tanpa kabar dan ternyata dia pergi ke Yogyakarta untuk bertemu pemilik galeri lukisan terkenal.
Kemudian, saat Anta kembali, ia memperkenalkan laki-laki tampan bernama Pierre yang diperankan oleh Nino Fernandez. Pierre merupakan pemilik galeri lukisan yang ingin bekerja sama sekaligus membuatkan galeri tunggal untuk Tania.
Lambat laun, kehadiran Pierre membuat kehidupan Tania berubah menjadi lebih baik dan itu membuatnya jatuh cinta kepada Pierre.
Namun, berjalannya waktu ia sadar bahwa sosok Anta-lah yang bisa mengisi kehidupannya. Hingga akhirnya Tania ingin mengungkapkan perasaannya, tetapi ternyata Anta telah memiliki calon istri.
Hal itu, membuat Tania sangat marah dan mengusir Anta dari rumahnya.
Di akhir, semuanya terungkap melalui surat yang ditulis Anta untuk Tania, bagaimana ia mengenal Almarhum Papa Tania (Anjasmara), tentang janji, tugas, perasaan, dan penyakit yang dideritanya.
Kisah cinta Tania dan Anta tidak mungkin menyatu karena dari awal Tania sudah membuat perjanjian dengan darah bahwa hubungan mereka hanya sebatas hubungan kerja.
Setiap pemain dalam film ini mampu menampilkan emosinya dengan baik, hadirnya Asri Welas sebagai Bi Eha membuat film ini menjadi seru dan lucu. Akting Michelle juga patut diacungi jempol dalam membawa karakter Tania yang emosional.
Dalam film ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi dan kemampuan masing-masing. Dari film ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam berkarya kita tidak akan lepas dari yang namanya kolaborasi, sehinggal hal itu yang menuntut kita untuk bisa saling memahami orang lain.
Sebagai penutup tulisan, ada salah satu narasi yang saya suka dari film ini. Kira-kira seperti ini bunyinya, “Jika hidup adalah kertas putih, maka kuas adalah segala tindakan dan perbuatan kita. Sedangkan warna-warni cat adalah nuansa perasaan yang muncul akibat tindakan kita”.
Penulis : Ashari Thahira
Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor : Aliffia Khoirinnisa