Perkembangan dunia modern saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut memunculkan tantangan yang serius bagi umat Islam. Dunia global yang saat ini sampai kepada era 4.0 dan 5.0 memunculkan dampak yang tidak sederhana.
Ia berdampak kepada seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam hal pendidikan. Era ini ditandai dengan sentralnya peran teknologi dan infomasi dalam kehidupan manusia. Era 4.0 turut melahirkan pendidikan 4.0.
Konsep ini muncul karena persyaratan keterampilan yang berubah akibat adanya era industri 4.0. Hal ini merupakan visi masa depan pendidikan yang merespons kebutuhan industri 4.0. Pendidikan 4.0 dikenal sebagai sebuah inovasi yang bercirikan pada student centered.
Singkatnya, pendekatan ini tidak hanya dapat mengembangkan siswa yang berpengetahuan luas. Akan tetapi, mampu membuat pola pikir baru yang mampu merespons tantangan kehidupan, meningkatkan kreativitas serta inovasi di berbagai aspek kehidupan.
Dengan tantangan zaman yang ada, umat Islam paling tidak dihadapkan pada dua permasalahan besar, yakni; mampukah Islam melahirkan umat yang memiliki kompetensi spiritual dan agama yang bagus (ulama), serta umat yang unggul dalam intelektualitas modern?
Realitas yang ada sekarang ialah, sebagian besar pendidikan hanya membidik satu sisi antara ilmu agama atau ilmu pengetahuan umum. Hal ini menjadi ironi apabila umat Islam melihat sejarah peradaban Islam beberapa abad yang lalu. Di mana pendidikan Islam klasik mampu melahirkan sosok yang memiliki kematangan ilmu keagamaan dan kematangan ilmu pengetahuan umum. Sehinga muncul keseimbangan antara daya pikir dan zikir yang menjadi dasar kemajuan peradaban Islam di masa itu.
Pada era global saat ini, umat Islam dihadapkan pada keterombang-ambingan antara budaya atau tradisi Islam dan kekuatan modern (sekularisasi dan modernisasi). Sebagian besar umat Islam sedikit banyak telah terpengaruh oleh kehidupan modern.
Muncul kegalauan dalam memposisikan nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan tuntunan bagi manusia dalam posisinya sebagai khalifah dan hamba Allah. Dan pada sisi lainnya tuntutan kehidupan modern (kehidupan barat) memunculkan nilai-nilai yang cenderung merupakan antitesis nilai-nilai Islam.
Nah, dalam aspek pendidikan, di sinilah peran perguruan tinggi Islam sebagai lembaga tinggi yang nantinya melahirkan profesional di berbagai bidang kehidupan agar diharapkan mampu menyinergikan antara tuntutan kehidupan modern dengan nilai-nilai Islam.
Peran perguruan tinggi untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas ternyata dirasakan semakin mengendor dan terkesan stagnan di dalam kehidupan masyarakat. Fenomena ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga dirasakan oleh kalangan akademis.
Kalangan akademis bertanggung jawab langsung di perguruan tinggi untuk mengatasi. Namun, perubahan yang dilakukan kadang kala bersifat parsial dan tidak menyeluruh serta membawa dampak signifikan bagi peningkatan mutu akademik perguruan tinggi.
Dalam perspektif pendidikan Islam, umat Islam dididik dengan seperangkat ilmu pengetahuan atau mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Agama yang mempunyai fungsi tersendiri, yaitu :
(1) pengembangan dan peningkatan keimanan dan ketaqwaan;
(2) penyaluran bakat dan minat dalam mendalami agama;
(3) perbaikan kesalahan, kekurangan dan kesalahan dalam keyakinan;
(4) pencegahan hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya asing yang berbahaya;
(5) sumber nilai atau pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat; dan
(6) pengajaran atau penyampaian pengetahuan keagamaan.
Jadi, Pendidikan Agama lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual, atau dimensi afektif daripada kognitif dan psikomotor. Secara sederhananya, pengajaran lebih diarahkan untuk pembinaan afektif (moral dan spiritual), yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya.
Dengan demikian, tentunya eksistensi perguruan tinggi Islam bisa memainkan peran penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat, seperti digambarkan dalam Tridarma Perguruan Tinggi Islam, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Dengan darma pendidikan, Perguruan Tinggi Islam diharapkan dapat mengatur dan mengelola dalam rangka pencerdasan masyarakat dan transmisi ilmu pengetahuan juga kebudayaan Islam. Dan darma penelitian, Perguruan Tinggi Islam diharapkan dapat mengelola dan melakukan temuan-temuan baru ilmu pengetahuan dan inovasi peradaban.
Serta darma pengabdian pada masyarakat, agar Perguruan Tinggi Islam diharapkan dapat mengatur dan melakukan pelayanan masyarakat untuk ikut mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat, dengan harapan memperoleh feedback dari masyarakat tentang tingkat kemajuan dan relevansi ilmu yang dikembangkan Perguruan Tinggi Islam itu.
Idealnya, ketiga peran darma Perguruan Tinggi Islam tersebut, dapat diatur dan berjalan serempak dan saling terkait (sinergis). Sehingga Perguruan Tinggi Islam tidak boleh hanya berperan dalam sebagian darma dan meninggalkan yang lain, karena di dalam kenyataannya ketidakseimbangan peran itu sering kali terjadi.
Penulis: Alfin Nur Ridwan
Mahasiswa Aktif Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Â
Editor: Izzul Khaq