Dewasa ini kesehatan mental menjadi perhatian serius bagi masyarakat. Kesehatan mental sangat berpengaruh dalam kondisi emosional, psikologis, dan sosial pada individu. Apabila gangguan pada kesehatan mental diabaikan dan tidak segera diatasi, tentunya akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari serta berdampak buruk pada proses berpikir dan cara berperilaku.
Terdapat beberapa cara untuk menjaga mental mahasiswa agar tetap stabil, salah satunya dengan melakukan konseling. Secara definisi, konseling kesehatan mental adalah proses pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami kondisi gangguan kesehatan mental, penyesuaian diri, dan gangguan tumbuh kembang yang negatif.
Reporter Pabelan-online.com berkesempatan mewawancarai Miftah Aulil Amril Sugiantoro, salah satu Asisten Psikolog yang tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Psikologi Indonesia mengenai urgensi adanya konseling kesehatan mental pada Kamis, 1 Desember 2022.
Apa yang sebenarnya melatarbelakangi diadakannya konseling kesehatan mental?
“Latar belakangnya tentu karena semakin ke sini masyarakat kita semakin membutuhkan bantuan psikologis, termasuk di dalamnya adalah tentang kepedulian mereka terhadap kesehatan mental. Kenyataan di lapangan adalah bahwa kerangka berpikir sehat di masyarakat kita adalah sehat fisik. Ada pengabaian terhadap sehat mental. Indeks kesehatan mental di Indonesia menyimpulkan bahwa kecemasan berada di taraf puncak gangguan mental per Oktober 2022. Ditambah banyak sekali akhir-akhir ini kasus-kasus yang di luar nalar, seperti pembunuhan oleh anak kandung, pembantaian keluarga oleh kepala keluarga gara-gara judi, dan pembunuhan istri oleh suami.”
Apakah konseling kesehatan mental tersebut penting dan seberapa besar urgensi konseling untuk mahasiswa?
“Tentu penting, ini sangat penting sekali untuk dijadikan kesadaran kita bersama. Mahasiswa, dengan beragam masalah yang dihadapi, mulai dari tuntutan akademik, keluarga, pertemanan, hingga pribadi. Saya rasa beban ini sudah cukup berat. Ada banyak sekali kasus demotivasi, prokrastinasi, sampai bunuh diri. Gara-gara apa? Kita abai dengan kesehatan mental orang-orang di sekitar kita termasuk mahasiswa pada khususnya. Konseling inilah yang menjadi alat untuk meringankan beban mereka dengan pendekatan psikologis.”
Sebenarnya apa faktor atau penyebab paling umum yang sering ditemui dalam kasus konseling ini?
“Banyak sekali, kita bisa mulai dari tuntutan akademik, keluarga, pertemanan, sampai diri sendiri. Kecemasan berlebih, memendam, dan mengabaikan masalah, insecure, overthinking, moodswing, dan lain-lain.”
Sebenarnya pribadi atau gejala seperti apa yang seharusnya membutuhkan konseling?
“Pertanyaan yang menarik, tetapi sayangnya kepribadian tidak menjadi tolak ukur seseorang membutuhkan konseling. Begitupun dengan gejalanya, tidak ada batas khusus. Tolak ukur seseorang membutuhkan konseling adalah ketika dia merasa dirinya tidak mampu lagi menghadapi realitas kehidupan yang dijalaninya. Banyak sekali kasus yang membutuhkan konseling, oleh karenanya gejala-gejalanya juga tergantung dari masalah yang dihadapinya. Intinya, kebutuhan akan konseling dimulai dari kesadaran dan kesediaan klien untuk melakukan konseling. Sebab dari kesadaran dan kesediaanlah semua masalah klien bisa kita dengarkan.”
Menurut Bapak, seberapa besar dan bagaimana lingkungan sekitar berperan untuk menjaga kesehatan mental?
“Sangat besar, lingkungan adalah faktor yang berpengaruh cukup kuat dalam pendekatan psikologis. Memiliki teman yang support, mendewasakan, dan saling menguatkan itu privilege mungkin ya, karena enggak semua orang ada di sana. Kamu mungkin saja memiliki gangguan moodswing,misalnya, tetapi kamu bisa belajar dari teman dekatmu bagaimana cara menghadapi orang tanpa perlu menaruh banyak rasa yang jadikan dirimu begitu lelah setiap hari. Memiliki tempat untuk bercerita tentang bagaimana hari-harimu, menanggapi dan merasa aman hingga nyaman saya rasa adalah contoh bagaimana kamu bisa menjadi sehat mental.”
Apakah konseling hanya terbatas membahas masalah akademik saja bagi mahasiswa, apakah bisa konseling untuk hal-hal pribadi yang mengganggu kehidupan sehari-hari?
“Tentu bisa semuanya, kompleks. Semua hal yang kiranya klien butuhkan untuk diselesaikan tentu akan didampingi oleh psikolog yang berkompeten.”
Apakah layanan konseling ini juga dibutuhkan untuk tenaga pengajar?
“Tentu perlu, saya rasa sifat konseling ini tidak terikat pada siapa yang akan melakukan konseling, ya. Sebetulnya apabila diperlukan maka pendekatan psikoedukasi bisa menjadi sarana kita untuk meluaskan pemahaman tentang kesehatan mental. Namun, bagi mereka yang membutuhkan bantuan untuk konseling maka dipersilakan juga.”
Menurut Bapak, apa perlu adanya Satuan Kredit Semester (SKS) atau kurikulum terkait kesehatan mental?
“Oh tentu perlu, S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sudah menyediakan SKS tersebut, mata kuliahnya ada. Hanya saja mungkin dosen dan mahasiswa perlu saling bahu-membahu menggembirakan kesehatan mental di depan publik tanpa batasan usia, agar dapat mengedukasi semua kalangan tanpa terkecuali.”
Banyak mahasiswa yang ingin mencoba layanan konseling tetapi masih ragu dan takut untuk membuka diri, bagaimana cara mengatasinya?
“Tidak apa-apa, tidak perlu ragu buat datang ke psikolog karena kami pun secara kode etik akan merahasiakan semuanya. Jadi, juga tidak perlu takut buat konseling, saya rasa memang kita harus “membuang sampah” pada tempatnya. “Sampah” yang dipendam terlalu lama atau bahkan dibuang sembarangan tentu mengakibatkan muncul masalah yang baru lagi. Jadi, ayo buang “sampah” pada tempatnya.”
Apa harapan bapak dengan adanya konseling kesehatan mental ini?
“Saya berharap semoga ini bisa menjadi kesadaran kita semua bahwa kesehatan mental itu adalah hal yang tak kalah penting dengan kesehatan fisik. Mari teman-teman semuanya, kalau kamu merasa tak cukup daya untuk menyelesaikannya sendiri mungkin kamu bisa pergi ke teman dekat yang bisa kamu percaya untuk dengarkan keluh-kesahmu. Jika memang perlu, datanglah ke ahlinya, yaitu psikolog atau biro psikologi terdekat. UMS menyediakan Student Mental Health and Wellbeing Support (SMHWS) untuk konseling gratis, khusus untuk mahasiswa UMS. Dan Biro Konsultasi dan Pemeriksaan Psikologis (BKPP) UMS menyediakan konseling bersama psikolog untuk masyarakat umum termasuk mahasiswa.”
Reporter : Khairani Makina
Editor : Ashari Thahira