Sebuah ponsel ditempelkan ditelinganya, raut wajahnya tampak serius saat memulai pembicaraan.
“Ayah punya misi rahasia besar untuk kalian. Segeralah kalian untuk ke kamar sekarang juga!” seru ayah.
“Apa maksud ayah memanggil kami?” sahut Kembara 1.
“Misi kali ini tidak akan mudah. Ayah membutuhkan kalian berdua untuk bekerjasama dalam memecahkannya!” tegas Ayah menatapnya.
“Apa yang dimaksud ayah tadi? aku tidak mengerti.” tanya Kembara 2, nada sambung ponsel yang tiba-tiba terputus.
Mereka duduk dan memikirkan apa yang maksud ucapan Ayah tadi. Jari-jemari mereka terlihat sedang mengotak-atik ponselnya dengan wajah serius yang perlahan-lahan tampak gelisah. Sembari memikirkan apa yang akan terjadi, Kembara 1 meraih mouse computer. Wajahnya mendekati computer yang menyala terang menampilkan sebuah pesan bertuliskan,
‘Masukkan password untuk membuka pesan kaleng ini.
Password terdiri dari tiga suku kata yang bisa kamu temukan pada tiga tempat yang berbeda. Jika kalian berhasil memecahkan satu teka-teki, maka akan ada petunjuk lain untuk memecahkan teka-teki selanjutnya. Waktu yang kalian punya tidak banyak, kalian hanya diberi waktu 10 jam. Jika nantinya pesan ini tidak dapat terbuka dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, maka negaramu akan hancur.
Klik disini untuk memasukkan password.
Petunjuk 1 : ikuti titik warna hijau.’
Kembara 1 dan kembara 2 berpandangan, keduanya berjalan menuju arah titik warna hijau. Kemudian muncullah pada dunia permainan fantasi dimana terdapat sebuah permainan anak-anak yang tidak mereka ketahui.
Itu adalah permainan Lempar Batu atau Engklek . Mereka mencoba permainan itu namun gagal, sem entara waktu tetap berjalan. Delapan jam tersisa, waktu negara akan hancur. Kembara 2 tampak cemas, panik, gelisah karena berkali-kali tidak bisa melewati rintangannya. Akhirnya mereka memanggil nama teman dikampungnya yang bisa memainkan Engklek.
“Ajeng!” lantang suara Kembara 1 dan Kembara 2 memenuhi ruangan itu.
Ajeng terlihat bingung dan terkejut karena tiba-tiba dapat muncul di sana. Langkahnya perlahan mendatangi Kembara 1 dan Kembara 2. Kembara 1 dan Kembara 2 menjelaskan situasinya, bahwa Ajeng harus membantu mereka menyelesaikan misi dari Ayah.
Ajeng mengikuti alur permainan tersebut sampai selesai. Ajeng memainkan permainan tersebut dengan mudah, dan akhirnya mendapatkan tulisan yaitu “rja”.
“Apa ini tulisannya, cuma ‘rja’?” raut wajah Kembara 1 dan Kembara 2 terlihat bingung.
Setelah mereka menyelesaikan permainan engklek, ketiganya menuju ke permainan kedua dengan petunjuk.
‘Waktu tetap berjalan waktu menandakan kurang 7 jam waktu negara akan hancur.
Petunjuk 2 : Ikuti anak panahnya.
Dengan penuh rasa penasaran ketiganya melanjutkan permainan tersebut. Sesampainya di tengah hutan, mereka mendapatkan masalah baru. Ada dua anak panah yang sama, namun arahnya berbeda, yakni arah kanan dan kiri. Mereka memilih jalur yang kiri karena perasaan mereka kuat di arah ke kiri. Kemudian mereka bertiga berjalan ke arah kiri dan sampailah pada permainan yang dijaga oleh sosok berbadan besar yaitu anak buah dari raksasa bernama Buto Ijo.
“Mari bermain denganku!” kata anak buah Buto Ijo.
Ini adalah permainan Entik, caranya dengan melemparkan menggunakan kayu berukuran 60 cm. Permainan ini pun susah bagi Kembara 1 dan Kembara 2, mereka memanggil temannya yakni Doni yang ahli dalam permainan Entik . Sama seperti Ajeng, Doni pun muncul dan terkejut bisa muncul di dunia fantasi ini.
“Kenapa saya berada didalam sini? “ Doni menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Sudahlah, mainkan dulu permainan ini, nanti saya jelaskan. ” balas Kembara 2
“Kamu bisakan ?”sahut Kembara 1.
Mereka berempat mengatur strategi untuk mengalahkan anak buah Buto Ijo, akhirnya doni bisa mengalahkan tiga anak buah Buto Ijo. Buto Ijo menangkap kayu dengan panjang 60 cm itu. Berbekal kesempatan terakhir, Kembara 2 dengan kebisaannya dia mengawur mengalahkan dengan cara membuang kayu 60 cm itu sampai di langit tertinggi sehingga Buto Ijo kalah. Setelah mereka berhasil mengalahkan Buto Ijo, muncul tulisan peringatan.
‘Waktu tinggal 4 jam lagi’
Mereka berempat harus segera menuntaskan semua tantangan yang ada. Pada petunjuk kedua ini mereka mendapatkan kata yakni ‘Sama’.
Setelah beberapa saat kebingungan, mereka menemukan petunjuk ketiga. Itu adalah sebuah pintu yang dibatasi dengan dunia gelap yang harus dituju untuk mendapatkan uraian kata-kata tersebut.
‘Petunjuk 3 : Kalahkan kami bermain Gobak Sodor’
“Apa yang mau dikalahkan?” Kembara 1 dengan kening berkerut.
“Musuh kita saja tidak ada,” sambung Ajeng.
“Payah memang yang menantang kita!” cela Kembara 2.
Kemudian pada petunjuk tiga ini yang datang atasan dari Buto Ijo yaitu Mak Lampir. Dengan sombong mereka berempat yakin pasti bisa mengalahkan Mak Lampir.
“Ayo bermain Gobak Sodor Lampir! Kau hanya sendirian hahaha…” ajak Kembara 1.
Kemudian tibalah teman-teman Mak Lampir bermunculan. Kembara 1 dan kawan-kawannya tercengang dan nampak pucat pasi. Namun taka da pilihan lain, mereka melangsungkan pertandingan dengan tim Mak Lampir. Pada babak pertama tim Mak Lampir menangkap si Ajeng. Dibabak kedua, Doni yang mulai bermain dijegal oleh tim Mak Lampir. Kembara 1 dan Kembara 2 mulai ketakutan jika waktu yang sudah berjalan tidak selesai, apa yang akan terjadi pada negara ini.
“Bagaimana jika kita maju bersama supaya kita dapat melewatinya ” bisik Kembara 2.
Lalu mereka berdua berhasil melewati permainan ini dan mengalahkan tim Mak Lampir kemudian muncullah computer dan menyuruh mengisikan kata yang didapati.
“Ini diisi apa? masa kamu tidak tahu?” Tanya Kembara 2.
“Cepat! Waktu kita tidak banyak untuk merangkai kata….” Teriak Ajeng.
“Dari tadi kita tidak bisa apa-apa dan sekarang kita mendapatkan kata pertama “rja”, kedua “sama”, ketiga “ke”. Kita adalah generasi yang melek akan globalisasi tetapi kita lupa dengan adanya permainan tradisional yang dimana kita harus kerja sama dan tanpa kerja sama kita tidak bisa apa-apa,” keluh Kembara 1.
“Cepat!” teriak Kembara 2.
“Iya itu paswordnya!” Doni.
“Kerja Sama!” (teriak mereka bersama).
Dengan kerja sama mereka berhasil mendapatkan jawaban teka-teki dari password itu. Kemudian dunia kembali seperti semula.
“Selamat untuk si Kembar dan teman-temannya, Kalian adalah anak-anak Ayah yang cerdas. Anak-anak jangan tinggalkan permainan tradisional. Mari rawatlah budaya kita supaya kebudayaan milik kita tidak dicuri negara lain. Meskipun
kalian anak generasi milenial tetaplah bekerjasama, maka segala rintangan akan dengan mudah dilalui. Selamat menjalankan misi selanjutnya!” kata Ayah.
Kontributor : Nyohan Aji Febrianto
Mahasiswa Aktif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Shafy Garneta Maheswari