(Tulisan ini pernah dimuat di Pabelan Pos Edisi 43/Januari 2000 dalam rubrik Opini berjudul “Membangun Kembali Gerakan Mahasiswa”, ditulis oleh Ririn Sefyani dan ditulis ulang oleh Shafy Garneta Maheswari)
Mahasiswa adalah kekuatan yang relatif mandiri. Mahasiswa bukanlah seorang yang memiliki peranan penentang, berteriak semata, ataupun kalangan yang bertindak tanpa adanya perhitungan. Hal ini dapat dimaknai, bahwa mahasiswa merupakan oposisi sebagai bagian dari kegiatan pengawasan atas kekuatan politik yang bisa saja keliru. Maka, mahasiswa harus menjadi kekuatan oposisi sejati.
Penurunan gerakan mahasiswa dalam hal aksi massanya, bukan sebuah indikasi yang membuat berakhirnya gerakan mahasiswa. Pergerakan massa merupakan salah satu pilihan strategi di lapangan, bukan suatu esensi gerakan. Namun, aksi massa atau kekuatan massa merupakan kunci utama bagi keberhasilan gerakan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, pertama bahwa aksi massa akan di blow up oleh media massa, sehingga mampu membentuk opini publik dikalangan masyarakat. Kedua, merupakan salah satu media untuk pembelajaran politik ataupun kalangan rakyat dan juga memberikan solusi alternatif penawaran.
Sejarah telah menunjukkan bahwa aksi massa merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah gerakan ketika semua institusi pemerintah tidak berfungsi, tidak responsif terhadap perubahan, serta tidak berperannya lembaga yang merupakan bagian dari kedaulatan rakyat.
Aktivitas gerakan mahasiswa yang melakukan pengerahan massa merupakan salah satu bentuk strategi alternatif yang dapat diambil oleh mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan gerakan mahasiswa di tahun-tahun sebelumnya saat terdapat sebuah momentum yang tepat, maka gerakan mahasiswa akan muncul kembali dalam sebuah kekuatan yang manifest.
Strategi yang dilakukan untuk pembangunan gerakan mahasiswa tidak hanya meliputi seputar aksi-aksi massa, tetapi lebih melihat terhadap proses penyadaran mahasiswa yang bisa dilakukan melalui berbagai lembaga kampus yang ada.
Adapun salah satu hal yang mampu membentuk watak atau kesadaran mahasiswa itu sendiri, bahwa proses perubahan yang sejati tidak akan mungkin hanya datang dari kekuatan mahasiswa. Akan tetapi, proses tersebut harus dilakukan bersama-sama antara mahasiswa dengan rakyat. Selain itu, gerakan mahasiswa saat ini harus mampu menjadikan dirinya sebuah “ruh” bagi perjuangan rakyatnya.
Membangun kembali gerakan mahasiswa merupakan sebuah tuntutan sejarah yang tidak bisa dipungkiri lagi dan masih diyakini mahasiswa karena perjuangannya yang murni tanpa tendensi apapun.
Perspektif kepada rakyat merupakan senjata ampuh guna melakukan pembelajaran dan penyadaran kepada rakyat, bahwa perjuangan tidak hanya bisa dilakukan oleh mahasiswa secara elitis, tetapi harus dilakukan bersama-sama antara mahasiswa dengan rakyat.
Terlebih lagi proses penyadaran harus dilakukan secara intensif, hal tersebut guna mencapai kesadaran sejati untuk melakukan suatu gerakan massa yang ingin melakukan perubahan.
Editor: Ashari Thahira