(Tulisan ini pernah dimuat di Pabelan Pos Edisi 7/ Agustus 1993 dalam rubrik Opini berjudul “Pers Mahasiswa Prospek Dan Tantangannya”, ditulis oleh Sultan Fa. Dja’far dan ditulis ulang oleh Shafy Garneta Maheswari)
Mahasiswa merupakan sebagai suatu kelompok intelektual muda yang dinamis juga kreatif dalam menyalurkan ide-idenya. Mahasiswa dituntut supaya mampu beradaptasi dengan situasi kekinian yang lebih didominasi oleh pesatnya informasi.
Masyarakat memandang mahasiswa layak untuk menyandang gelar ‘Agent of Change’. Maka hendaknya mahasiswa tidak sekadar puas menjadi anggota dari suatu masyarakat informasi, namun harus senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi subjek dalam masyarakat tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, kiranya sangat strategis bagi mahasiswa untuk menggeluti dunia pers, dalam hal ini adalah Pers Mahasiswa.
Menyebut nama ‘Pers’, tentu kita akan mengartikannya sebagai suatu proses penyiaran pikiran, gagasan, peristiwa dan pengalaman melalui bahasa tulis. ‘Pers Mahasiswa’ yang dimaksud adalah suatu proses penyiaran pikiran, gagasan, peristiwa dan pengalaman melalui bahasa tulis, yang dilakukan oleh mahasiswa dan diperuntukkan kepada mahasiswa.
Adapun Pers Mahasiswa merupakan satu penerbitan yang dikelola oleh mahasiswa secara umum. Kemudian Pers Kampus Mahasiswa, yakni suatu penerbitan yang ada dalam sebuah perguruan tinggi yang dikelola oleh mahasiswa, tanpa ada campur tangan dari dosen atau tenaga akademik.
Pers Kampus adalah suatu penerbitan yang ada dalam sebuah perguruan tinggi yang dikelola oleh dosen dan mahasiswa secara bersama.
Namun, alternatif lain untuk bisa menggambarkan perjalanan Pers Mahasiswa di masa mendatang. Pertama, prospek Pers Mahasiswa di masa datang, yaitu akan lebih baik dari yang telah berjalan hingga kini.
Kedua, prospek Pers Mahasiswa di masa datang justru akan lebih lesu dibanding yang saat ini sedang berjalan.
Pada pendapat pertama dapat terjadi apabila pengelola Pers Mahasiswa senantiasa konsisten dengan idealisme yang dicita- citakan, maka akan mampu memanajemen bidang keredaksionalan.
Pers mahasiswa mampu hadir di tengah-tengah pembacanya serta mampu merekrut pembaca lebih banyak dari edisi ke edisi.
Adapun alasan yang melatarbelakangi argumentasi yang kedua, apabila pengelola Pers Mahasiswa sudah lupa dengan idealisme Pers Mahasiswa.
Maka, jika tidak memperhatikan prinsip independensi dan prinsip otonomi serta berbagai alasan lain yang cenderung menjadikan lesunya Pers Mahasiswa.
Sebagai aktivitas Pers Mahasiswa, seharusnya kita akan memilih argumentasi yang pertama. Hal ini demi kesinambungan ide dan gagasan antara generasi masa kini dengan generasi masa datang.
Akhirnya, demi semangat yang timbul dari hati nurani yang terdalam, mari kita kembangkan Pers Mahasiswa kita. Pers Mahasiswa diharapkan agar bisa kembali jaya seperti pada tahun 50-an yang mampu dijadikan sebagai cermin bagi dunia pers secara umum.
Editor: Aliffia Khoirinnisa