Aliansi Mahasiswa Universitas Islam Lamongan (UNISLA) melangsungkan konsolidasi terbuka pada Rabu, 10 Mei 2023 melalui Google Meet. Hal tersebut membahas permasalahan dari Mayday, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) hingga Hari Jadi Lamongan.
Acara dibuka oleh Sahil, selaku moderator, yang menyampaikan hasil Rilis Kajian yang telah dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa UNISLA. Pada Rilis Kajian Aliansi UNISLA menyebutkan bahwa saat ini situasi buruh di berbagai negara masih menghadapi banyak tantangan, termasuk di Indonesia.
Kondisi ini bisa jadi lebih parah pasca disahkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Cipta Kerja menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang.
Kajian tersebut juga menyebutkan realita yang ada, yakni pendidikan tinggi di Indonesia masih memiliki berbagai macam masalah. Akses terhadap pendidikan tinggi merupakan salah satu faktor yang paling krusial dalam bahasan ini. Akses ini memperlihatkan bagaimana negara ini dapat menjamin rakyatnya untuk memperoleh akses agar dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Menurut Sahil, kenyataannya akses ini masih sulit didapatkan oleh masyarakat, terutama kelompok ekonomi rendah. Jumlah perguruan tinggi yang ada di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan tinggi. Selain itu, biaya kuliah yang mahal membuat masyarakat miskin menjadi enggan dan kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang ini.
As’ad Khoirul selaku peserta konsilidasi mengungkapkan pendapatnya dalam forum tersebut. Lanjutnya, berkaitan dengan Hari Buruh yang baru saja terjadi, banyak permasalahan-permasalahan yang dialami. Adapun menurutnya, hal ini diakibatkan adanya Omnibus Law, di Lamongan sendiri banyak industri-industri yang baginya juga menjadi sumber permasalahan dari mulai upah, hingga jam kerja.
“Puluhan pekerja, akan tetapi upah tidak selayaknya dan permasalahan tersebut tidak kunjung usai, dan seakan-akan selesai begitu saja dengan kontrak,” ungkapnya Rabu, (10/5/23).
Lanjutnya, melihat pendidikan saat ini mengarah kepada liberal dan komersialisasi tak terkecuali pendidikan di UNISLA, yang sempat diadvokasi, dibekukan, hal tersebut menunjukkkan bahwa pendidikan tersebut tidak baik-baik saja.
Pada kesempatan lain Febri selaku peserta mengungkapkan, di momen bulan Mei banyak terjadi peristiwa. Dari ketiga permasalahan yang dibahas meliputi Hari Buruh, Hari Pendidikan Nasional, serta hari jadi Lamongan. Hal tersebut menurutnya menjadi sebuah momen merefleksikan diri dari pemerintah Lamongan.
“Persoalan pendidikan merupakan kebutuhan yang pertama, dan sekarang hal tersebut menjadi sebuah problem. Terlepas dari persoalan tersebut, Hari Jadi Lamongan hanya mengangkat momentum baik tertentu saja akan tetapi tidak sesuai keadaan realita,” tutupnya Rabu, (10/5/23).
Reporter: Shafy Garneta Maheswari
Editor: Sarah Dwi Ardiningrum