UMS, Pabelan-online.com – Skema baru penerimaan calon Mahasiswa Baru (Maba) Fakultas Kedokteran (FK) tahun 2023 membuka peluang bagi jurusan non eksakta atau Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini menjadi sorotan karena mahasiswa perlu lakukan adaptasi atas skema baru tersebut.
Melansir dari jejak rekam.com, menyebutkan calon mahasiswa baru pada FK Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tersebut berasal jadi jurusan non eksakta (IPS) yakni jurusan teknik komputer.
Mahasiswa yang lolos FK tersebut diduga terjadi akibat kesalahan pada sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa baru (SNPMB) tahun 2023, bukan terletak pada kesalahan sang pelamar calon mahasiswa, terlebih lagi berprestasi dan merupakan pilihan kedua.
Wakil Rektor Bidang Akademik ULM, Iwan Aflanie angkat bicara soal pro kontra adanya satu mahasiswa baru yang diterima Fakultas Kedokteran ULM bukan dari jurusan eksakta.
“Ada peraturan baru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dengan aturan baru itu, memungkinkan untuk lintas jurusan untuk penerimaan mahasiswa lewat Jalur SNBP dan SNBT,” ucap Iwan Aflanie, Selasa (27/6/2023).
Dihubungi oleh tim Pabelan-online.com Yusuf Alam Romadhon selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengungkapkan bahwa, penerimaan mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS tersebut merupakan keputusan internal dari fakultas, namun keputusan akhir tetap pada pihak universitas itu sendiri.
“Proporsi yang diberikan ilmu IPS dan Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) sangatlah berbeda, sehingga mayoritas mahasiswa FK ialah mereka yang masuk rumpun ilmu eksakta IPA. Yang mana telah memiliki kompeten yang sesuai serta menunjang dalam ilmu dasar kedokteran,” ungkapnya, Sabtu (15/6/2023).
Ia menambahkan, kesulitan pasti dirasakan Maba FK non eksata karena jurusan yang berbeda dengan proporsinya. Namun menurutnya, hal itu bisa menjadi tantangan tersendiri dan Maba tersebut dapat membuktikan diri dengan mempunyai kemampuan belajar ilmu dasar kedokteran yang bagus.
Menurutnya, bimbingan belajar menjadi solusi bagi calon Maba FK yang berasal dari jurusan non eksata (IPS) guna meningkatkan pengetahuannya.
“Pendidikan di kedokteran itu panjang, empat tahun ditambah dua tahun untuk pendidikan berbasis kerja. Maka dibutuhkan ketahanan mental yang lebih, dari itu kedokteran maupun kedokteran gigi selain ada tes dasar ilmu pengetahuan dasar, terdapat juga tes potensial akademik” tuturnya,
Yusuf menambahkan, mahasiswa bisa saja terkena dampak akibat berasal dari jurusan non eksakta, misalnya kesulitan dalam ketepatan waktu lulus dan penghapusan Nomor Identitas Mahasiswa (NIM) pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).
“Jika mahasiswa dalam rentang waktu tertentu belum lulus maka NIM tersebut akan hilang dari sistem, sehingga berdampak tidak akan terbit ijazah” tutupnya.
Andini Fitri Saraswati, salah satu mahasiswa porgram studi pendidikan kedokteran gigi UMS turut memberikan pandangannya, ia kurang setuju atas kebijakan pemerintah terkait penerimaan mahasiswa kedokteran melalui tes Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Jika tes SNBT di terapkan pada siswa jurusan IPS ataupun sebaliknya, maka diperlukan adaptasi ilmu sains oleh jurusan IPS.
“Di kedokteran sendiri isinya pengembangan dari ilmu SMA IPA, kalau tidak dari SMA IPA harusnya perlu adaptasi. Dokter yang lulusan universitas luar negeri saja butuh peradaptasian untuk memasuki standar kedokteran Indonesia,” tuturnya, Selasa (18/7/2023).
Ia berharap agar pemerintah dapat mempertimbangkan dan mengevaluasi lagi kebijakan tersebut, dengan mempertimbangkan dampak dan kemungkinan yang ada bagi para calon mahasiswa terkait.
“Pemerintah supaya bisa mengembalikan peraturan seperti semula karena yang sudah disebutkan alasan sebelumnya, pendidikan kedokteran perlu adanya adaptasi dan persiapan yang tidak sebentar,” harapnya.
Reporter: Kania Aulia Nazmah Nabilla
Editor : Kholisa Nur Hidayah