Judul Buku : Guru Aini
Jumlah Halaman : 306 halaman
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2020
Novel fiksi Guru Aini digambarkan dengan bagaimana perjalanan Desi Istiqomah yang diutus untuk menjadi guru matematika di pulau terpencil di Sumatera. Dengan tekad dan semangatnya, ia menempuh perjalanan jauh, terombang-ambing ombak lautan hingga akhirnya sampai tujuan di Ketumbi, Tanjong Hampar. Daerah yang tak pernah terdengar keberadaannya. Namun, hal ini tak menghentikan niat Desi menjadi guru matematika.
Desi Istiqomah atau dipanggil dengan Guru Desi, setelah mendapatkan gelarnya ia bercita-cita untuk dapat menumpaskan kebencian murid-muridnya terhadap matematika. Serta membuat mereka menjadi lihai bermain angka. Namun, perjuangan Guru Desi untuk mewujudkan itu tidak semulus bayangannya. Semangat Guru Desi yang mencintai matematika kian surut perihal betapa frustasinya ia karena murid-muridnya kurang dapat memahami matematika.
Kian hari, sikap Guru Desi pun berubah menjadi guru yang ditakuti karena terkenal galak dalam mengajar matematika. Banyak siswa memanjatkan doa agar tak mendapat kelas yang diajar oleh Guru Desi. Langkah kakinya saja sudah membuat bulu bergidik, begitulah kesan Guru Desi. Hingga suatu hari, ia mendapat murid yang luar biasa cerdas, Debut Awaludin namanya.
Namun sayang, semangat Debut terhadap matematika rupanya tidak semenggebu Guru Desi. Nilai matematika Debut menurun drastis, ditambah beberapa kali ia bolos sekolah. Seperti plot twist yang tak disangka Guru Desi, Debut bergabung dengan rombongan sembilan anak yang terkenal sebagai anak-anak musuh matematika.
Walaupun sudah diceramahinya panjang lebar, tetapi hal itu tidak mengembalikan Debut dengan kecintaannya pada matematika seperti sebelumnya. Lebih parah lagi, Debut Awaludin memilih keluar dan tidak melanjutkan sekolah.
Patah hati Guru Desi seperti telah ditinggal kekasih, lantaran melihat kecerdasan yang langka ditemuinya justru disia-siakan. Karena hal ini, Guru Desi menjadi lebih garang dalam mengajar. Usang sepatunya hingga menipis, solnya pun tak lekas ia ganti. Tragedi Debut masih terngiang dalam benaknya hingga beberapa tahun kemudian, kemunculan seorang murid perempuan yang tak disangka akan mengubah hidupnya.
Aini binti Syarifudin, dengan dua sobat karibnya, yaitu Enun dan Sa’idah bersama-sama meratapi nasib akan nilai nilai matematikanya yang memprihatinkan. Namun, keadaan berubah ketika ayah Aini jatuh sakit dan tak bisa lanjut bekerja. Cemas Aini memikirkan keselamatan ayahnya. Entah dapat ilham dari mana, Aini memutuskan untuk serius belajar matematika pada guru yang ditakuti seluruh sekolah, yaitu Guru Desi.
Semprotan amarah dan caci maki Guru Desi yang dilayangkan terhadap dirinya sering kali membuatnya menangis dan bergetar. Namun, niat Aini menjadi dokter lebih besar dibanding rasa takutnya. Diceritakan perjuangan Aini mengubah kutukan nilai desimal yang tak pernah lebih dari satu hingga perlahan dapat bersaing dengan siswa unggulan yang penuh liku. Sampai akhirnya, terwujudlah cita-cita Aini menjadi mahasiswa kedokteran, walaupun harus merantau nun jauh.
Kelebihan novel Guru Aini, yaitu ditulis dengan alur yang sederhana, tetapi memiliki pesan yang mendalam. Adanya bahasa daerah Sumatera di dalam novel ini membuat semakin menarik pembaca. Juga terdapat makna positif, kata-kata yang memikat, penggambaran realitas yang realistis, alur yang tidak terduga, dan membangkitkan pesan untuk pembaca.
Meski demikian, penggunaam bahasa daerah Sumatera dalam novel Guru Aini bagi sebagian pembaca mungkin akan sedikit asing. Selain itu, pada beberapa bagian adegannya ditulis terlalu berlebihan sehingga sedikit aneh untuk membayangkan adegannya.
Di samping itu, setelah membaca novel ini saya menangkap pesan moral yang ingin disampaikan oleh Andrea Hirata, yaitu menjadi pemuda yang tidak pesimis dan terus mencoba. Berani mengambil risiko untuk benar-benar ditempa dan pada akhirnya seperti Aini yang mengalami perubahan besar pada hidupnya. Serta, untuk menjadi pribadi yang sabar dan kritis dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Itulah mengapa Andrea Hirata memberi judul Guru Aini karena di dalamnya mengisahkan perjuangan, pengorbanan, kesabaran, dan kegigihan seorang guru bernama Desi hingga membawa Aini pada tingkat kesuksesannya menjadi dokter.
Cerita Aini tidak berhenti di sini saja, novel Guru Aini masih memiliki kelanjutan berjudul Orang – orang Biasa yang menceritakan gagalnya Aini masuk perguruan tinggi karena kurangnya biaya. Aini masih harus memperjuangkan biaya masuk fakultas kedokteran dengan berbagai cara.
Penulis: Nadiah Ardiningrum
Mahasiswa Aktif Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Ashari Thahira