UMS, pabelan-online.com – Permasalahan internal kampus di Politeknik Kota Malang (Poltekom) yang mengakibatkan tanggungan hak gaji dosen tidak terpenuhi selama tiga tahun. Hal itu menuai respon pengawalan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Poltekom.
Melansir dari kompas.com mahasiswa Poltekom memasang beberapa spanduk berisi kritik di depan pintu masuk Poltekom pada Senin, 20 November 2023.
Kejadian itu lantaran jumlah dosen pada kampus Poltekom yang terletak pada Jalan Raya Tlogowaru 3 Kota Malang, Jawa Timur hanya tersisa lima orang. Diduga, berkurangnya para dosen karena hak tanggungan gaji tidak terpenuhi selama tiga tahun terakhir.
Dihubungi oleh reporter pabelan-online.com Panji Peksi Branjangan selaku dosen teknik mekatronika Poltekom mengungkapkan, kejadian itu bermula sejak April 2020.
“Seluruh dosen dan karyawan itu di gaji satu juta rupiah perbulan tapi tidak dibayarkan rutin tiap bulannya. Jadi, kadang-kadang ada yang 2 bulan nunggak atau 3 bulan nunggak seperti itu,” ungkapnya, Selasa (28/11/2023).
Lebih lanjut, Panji menyampaikan gaji tersebut disamakan semuan antara dosen, karyawan, cleaning service.
Menurut pihaknya, ia juga dijanjikan akan dibayarkan lunas semua hutang-hutangnya.
“Awalnya, gaji untuk dosen sendiri sekitar tiga juta, nah itu sampai hari ini pun masih belum ada tanda-tanda untuk dilunasi juga dan sepertinya gak mungkin ya, karena kalau di hitung sudah tiga tahun lebih. Kalau tiga tahun saja kekurangannya untuk satu dosen saja kan sekitar 72 juta,” terang Panji
Hingga kini Panji dan dosen yang tersisa masih bertahan lantaran beban moral dan tanggung jawabnya sebagai dosen yang harus ia selesaikan.
“Kami masih ada dua angkatan, angkatan 2021 dan 2022 yang harus kami luluskan, terutama prodi saya adalah program studi (prodi) teknik mekatronika, itu masih ada sekitar 20 lebih orang yang belum kami luluskan seperti itu,” tuturnya.
Bagi Panji, kejadian ini membuat berkurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pengajar yang membuat dirinya harus melayani sejumlah mata kuliah yang sebelumnya ditanggung oleh banyak dosen.
Mengenai permasalahan yang terjadi Panji berharap kepada pihak direksi dan yayasan untuk bisa duduk bersama guna menyelesaikan masalah kampus.
“Jadi, seluruh pembina yayasan maupun pengurus yayasan, direksi, mahasiswa, dosen dan karyawan semua duduk bersama satu forum membahas tentang kelanjutan kampus kita ini. Karena selama ini masih belum ada forum yang kita duduk bersama,” harapnya.
Mahbub Ubaidilah selaku Presiden BEM Poltekom yang turut melakukan pengawalan aksi, merasakan kejanggalan pada saat awal semester 3 dimana pada saat itu tiba-tiba dosen banyak yang resign.
“Dan setelah saya magang, tiba-tiba tidak ada kejelasan perkuliahan, nah dari situ kami merasa ada yang tidak beres dan kami cobalah audiensi dengan beberapa dosen dan akhirnya kita diberitahukan tentang masalahnya seperti itu,” ungkapnya.
Bagi Mahbub yang menjadi ketidakjelasan, karena tidak adanya mandat melalui Surat Keputusan (SK), Sertijab, serta serah terima kewenangan.
Mahbub menjelaskan hal itu seakan-akan di cut dan tiba-tiba ada orang-orang baru serta direksi baru masuk.
“Setelah tahun 2020 dengan direksi yang baru dan adanya perombakan sampai detik ini dosen tidak digaji dan infrastruktur, perawatan kampus, alat dan segala macam tidak dirawat dan di biarkan terbengkalai,” lanjutnya
Mahbub menambahkan, bahwa ketika dirinya bersama rekan BEM bertemu dengan direksi, bahwa dari yayasan tidak memberikan uang seribu rupiah pun.
Lanjutnya, setelahnya dilakukan audiensi kepada yayasan, kemudian dinyatakan bahwa yayasan telah menghabiskan sejumlah uang untuk keperluan kampus.
“Nah dari sini sudah keliatan janggal karena dari yayasan menyatakan sudah keluar uang banyak sedangkan direksi tidak mendapat uang seribu rupiah pun dari yayasan. Nah mungkin konfliknya disitu, jadi kemarin kami sudah berusaha menemui Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Kantor polisi, wali kota untuk mengatasi masalah kampus,” tambahnya.
Mahbub berharap dengan pergerakan audiensi ini, dirinya sebagai mahasiswa Poltekom ingin melepaskan diri dari yayasan yang sekarang dan direksi baru.
Jika hal itu tidak tercapai dirinya bersama rekan BEM menginginkan adanya pengambil alihan kampus atau merger maupun Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU).
Reporter: Nimas Ayu Sholehah
Editor: Shafy Garneta Maheswari