UMS, pabelan-online.com – Acara Function yang dilakukan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Palembang tuai respon publik. Hal ini karena adanya potongan video pesta dugem yang di unggah ke media sosial.
Melansir dari SRIPOKU.com, Aufa Syahrizal selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Selatan mengungkapkan, bahwa kejadian viral tersebut merupakan bagian praktek dari Prodi Konvensi dan Acara (PKA).
“Namun mungkin ada kekhilafan dalam pengamplikasian konsep penerapannya, sehingga terkesan ‘Negatif’ bagi Netizen,” ungkap Aufa, Selasa (5/12/2023).
Ia menambahkan, kejadian ini seharusnya tidak terjadi, karena kampus merupakan kawasan dunia pendidikan maka perlu menciptakan mahasiswa yang produktif dan kreatif serta berorientasi kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.
“Pihak perguruan tinggi harus melakukan klarifikasi informasi yang viral ini agar masyarakat tidak salah paham dan salah persepsi terhadap eksistensi (keberadaan l) Politeknik Pariwisata Palembang,” katanya
Menanggapi hal tersebut, Romi Okta selaku Kepala Program Studi Tata Hidang (Kaprodi TAH) Poltekpar Palembang, mengungkapkan bahwa video viral dengan keterangan ‘Dugem di Kampus’ pertama kali diunggah oleh Female Disc Jockey (FDJ) yang diundang untuk mengisi sesi terakhir acara Function.
“Acara Function merupakan kegiatan yang diselenggarakan pada penghujung pembelajaran teori maupun praktik. Setelah mahasiswa belajar satu semester, mereka membuat acara seperti euforia melewati masa-masa enam bulan dan menyambut Ujian Akhir Semester (UAS),” ungkapnyanya, Selasa (5/12/2023).
Romi menambahkan bahwa acara Function diisi banyak kegiatan seperti pagelaran seni, penyerahan hadiah lomba, serta menampilkan karya yang dibuat mahasiswa. Namun yang diunggah dan viral malah penampilan FDJ yang disebut sebagai ‘dugem’.
Dihubungi oleh reporter pabelan-online.com, Anas Asy’ari Nashuha salah satu mahasiswa program studi (prodi) Hukum Ekonomi Syariah (HES) UMS, turut menanggapi, menurutnya kampus bukan tempat untuk konser atau bahkan dugem.
“Sejatinya kampus adalah ruang terbuka yang menjadi wadah bagi mahasiswa dalam berebut narasi. Sehingga mahasiswa yang hari ini sedang belajar di kampus mampu mempersiapkan narasi besar usai ia dari perkuliahan. Bukan hal yang tepat dan sangat mencemari nama baik kampus, karena jauh dari yang semestinya,” ujarnya, Rabu (6/12/2023)
Anas menambahkan, kampus tentu harus menjaga nama baik institusi dan harus memperhatikan kebutuhan mahasiswanya. Namun, jika berlebihan ini bukan hal yang tepat.
“Kampus harus dekat dengan mahasiswa terlebih rektor dan para pejabat sehingga dari kedekatan itu tidak akan ada upaya pemotongan video seperti yang terjadi pada Poltekpar Palembang tersebut,” tambahnya.
Lebih lanjut Anas mengungkapkan, meskipun kegiatan itu menjadi media penghibur bukan hal tepat untuk mengadakan konser yang berlebihan dikampus.
“Jadi, pihak rektorat dan pemangku kebijakan di kampus tersebut lebih detail lagi dalam meninjau kegiatan mahasiswanya dengan apa? dengan dekat dengan mahasiswanya,” ungkapnya.
Anas berharap, kedepannya ada kedekatan dosen dan mahasiswa sehingga akan diketahui segala aspek kegiatan kemahasiswaan, supaya tidak muncul sentimen untuk menjatuhkan nama baik kampus.
“Maka semestinya pihak kampus lebih banyak mengedepankan nilai-nilai keilmuan dalam merancang kegiatan mahasiswa, walaupun memang ada kegiatan yang itu menghibur diakhir semester sebisa mungkin ditampilkan dengan sarat akan nilai-nilai moral dan etika,” tutupnya.
Reporter: Nimas Ayu Sholehah
Editor: Seliana Putri