Maraknya kasus bunuh diri di lingkungan mahasiswa akhir-akhir ini menggegerkan dunia pendidikan. Hal ini lantas membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat mereka begitu mudahnya mengakhiri hidup? Setelah diusut rata-rata pada kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para mahasiswa disebabkan oleh kesehatan mental mereka yang terganggu.
Kasus bunuh diri menjadi fenomena yang mencerminkan bahwa kondisi yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menghadapi tekanan akademik, perkembangan pribadi, dan tuntutan sosial.
Kesehatan mental merupakan dimensi vital dari kesejahteraan secara keseluruhan. Sama pentingnya dengan kesehatan fisik, kesehatan mental memainkan peran sentral dalam membentuk kualitas hidup seseorang. Terdiri dari berbagai aspek, kesehatan mental mencakup kondisi emosional, psikologis, dan sosial seseorang.
Perlu diakui bahwa, lingkungan universitas seringkali menjadi ranah yang sangat stres, di mana mahasiswa menghadapi tekanan akademik yang tinggi, persaingan ketat, dan ekspektasi yang sulit diatasi.
Hal ini dapat menciptakan beban tambahan pada kesehatan mental mereka. Selain itu, perubahan sosial dan adaptasi terhadap lingkungan baru dapat menjadi faktor penghambat.
Pentingnya dukungan sosial tidak bisa diabaikan. Mahasiswa yang merasa terisolasi atau tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari teman, keluarga, atau institusi pendidikan, mungkin lebih rentan terhadap tekanan mental yang berlebihan.
Oleh karenanya, peningkatan komunitas dan jaringan sosial dapat menjadi langkah krusial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
Sistem pendidikan juga memiliki tanggung jawab untuk mengakui dan menanggapi isu kesehatan mental. Pemberian informasi, sumber daya, dan layanan kesehatan mental yang mudah diakses di lingkungan kampus dapat memainkan peran penting dalam mencegah dan menanggulangi risiko bunuh diri.
Pendidikan kesehatan mental harus diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma terkait.
Masalah kesehatan mental dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial. Penting untuk kita menyadari tanda-tanda kesehatan mental yang terjadi di sekitar kita. Beberapa dari mereka mungkin tidak mau bercerita tentang apa yang mereka rasakan.
Sehingga kita juga perlu untuk peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Semakin kita merasa bodo amat pada lingkungan sekitar, semakin banyak pula nyawa melayang secara perlahan.
Sebagai mahasiswa, kita perlu terus mendorong dialog terbuka tentang kesehatan mental, mendukung kebijakan yang memprioritaskan kesejahteraan mental, dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mempromosikan kehidupan yang sehat secara keseluruhan.
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa kesehatan mental bukanlah kondisi statis, melainkan spektrum yang melibatkan perubahan sepanjang waktu. Individu dapat mengalami variasi emosi, tekanan, dan tantangan mental yang memerlukan penanganan yang tepat.
Oleh karena itu, upaya untuk memahami dan merawat kesehatan mental seharusnya menjadi bagian integral dari rutinitas harian.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental melibatkan kombinasi genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan faktor biologis.
Adanya dukungan sosial, baik dari keluarga, teman, atau komunitas, juga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan mental. Keseimbangan antara bekerja, beristirahat, dan bersosialisasi memiliki dampak besar pada kesehatan mental seseorang.
Penting bagi kita untuk bisa mengenali dan mengelola stres. Stres dapat muncul dari berbagai sumber, dan kemampuan untuk menanggapi stres dengan cara yang sehat dapat mencegah dampak negatif pada kesehatan mental. Penerapan strategi seperti olahraga, meditasi, atau terapi kognitif perilaku dapat membantu individu mengatasi stres sehari-hari.
Melibatkan profesional kesehatan mental sangat diperlukan. Terapis atau konselor dapat memberikan dukungan yang terarah dan strategi untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang lebih kompleks.
Pemberdayaan individu untuk mencari bantuan dan berbicara terbuka tentang kesehatan mental menjadi kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang peduli dan inklusif.
Dengan menyadari bahwa kesehatan mental merupakan bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan holistik, masyarakat dapat bekerja bersama-sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan positif. Pendidikan, kesadaran, dan aksesibilitas terhadap sumber daya kesehatan mental dapat membantu membangun mahasiswa yang lebih sehat secara keseluruhan.
Jika bukan kita yang menyadari lantas siapa lagi? Jika bukan kita yang bergerak lantas siapa lagi? Ubah mindset bahwa, mahasiswa stres adalah hal biasa. Bisa saja di awal menjadi hal biasa, namun kedepannya nyawa akan perlahan melayang karena ketidakpekaan kita terhadap sekitar. Sayangi dirimu, sayangi lingkungan sekitarmu, karena kalau bukan kamu lantai siapa lagi.
Penulis: Aulia Azzahra
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Seliana Putri