Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) hadirkan 83 perguruan tinggi secara dalam jaringan (daring) untuk membahas penyaluran student loan (pinjaman mahasiswa) pada Senin, 19 Februari 2024 lalu.
Melansir dari laman kppu.go.id, KPPU dalam pertemuan tersebut mengonfirmasi bahwa pinjaman mahasiswa difasilitasi perguruan tinggi melalui kerja sama dengan lembaga pembiayaan daring (lembaga pinjaman online/pinjol). Lanjutnya, untuk pendanaan Uang Kuliah Tunggal (UKT) ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan membayar UKT.
Terdapat kemudahan untuk student loan ini karena peminjam tidak perlu menyerahkan jaminan pinjaman atau tanpa agunan. Selain itu, pengajuan hingga pencairan pinjaman terhitung cepat. KPPU memandang pinjaman mahasiswa ini merupakan inovasi dalam dunia pendidikan yang perlu dicarikan solusi terbaiknya.
Berkenaan dengan student loan tersebut, reporter pabelan-online.com mewawancarai Harun Joko Prayitno, selaku Wakil Rektor (WR) I Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Bidang Akademik, Riset, Pengabdian, Publikasi & HAKI di UMS pada Kamis, 29 Februari 2024.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai inovasi student loan oleh KPPU ini?
“Itu menurut saya bukan inovasi, itu penyelesaian jangka pendek yang berakibat dan berujung pada penjerumusan mental. Penyelesaian jangka pendek yang berkonsekuensi pada penjurusan mental pragmatis.
Tapi kalau (untuk masalah – red) UKT, kan KIP (Kartu Indonesia Pintar-Kuliah, KIPK – red) kan tahu ya. Karena prinsip KIP itu untuk membantu anak-anak yang bagus, punya potensi supaya bisa studi lanjut.
Tapi banyak juga KIP yang salah sasaran. Harusnya KIP itu kan bukan hanya SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan – red), tapi juga kalau transportasi enggak punya, gaya hidup enggak punya. Enggak banyak, tapi ada.”
Apakah UMS juga diajak bergabung dalam menjalankan inovasi student loan tersebut?
“Tidak, kalau bidang saya tidak. Kalau bidang lain enggak tahu, kan bidang lain bisa saja.”
Dengan pihak student loan apa/siapakah menjalin kerjasama untuk mengatasi pembayaran UKT?
“Kalau saya kan hanya sekadar mengikuti berita, tidak terlibat langsung. Karena tidak terlibat langsung ya saya hanya mendengar informasi bahwa itu antara bank dengan masing-masing perguran tinggi. Ya wajar, kan bank memang sifatnya memprospek, kerjaannya ya gitu.”
Menurut Anda, mengapa KPPU menjadikan student loan sebagai solusi utama?
“Itu yang tahu juga mereka (pihak KPPU – red), mengapa kok memanfaatkan pinjol (pinjaman online – red). Jadi seharusnya itu kan menumbuhkan mahasiswa supaya bisa lulus tepat waktu, menumbuhkan mahasiswa supaya bisa (lanjut studi – red).
Misalnya, kemandirian dan kedewasaan itu dengan jalan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Jadi kalau MBKM itu kan bekerja diakui mata kuliah, jadi pendapatan kerja itu digunakan untuk biaya hidup. Sedangkan itu cara jangka pendek, kritik saya itu.”
Menurut Anda, apa saja dampak positif dan negatif dari student loan ini?
“Dampak negatifnya, kurang mengedukasi masyarakat, membuat cara berpikir yang sangat pragmatis, kemudian tidak ada ikhtiar untuk kerja keras.
Selain tadi saya sampaikan, pinjol itu kan orang yang sudah dalam batas kepepet (terdesak – red). Pinjol itu orang yang sudah kepepet, sehingga suku bunganya tinggi, dan pasti kalau orang kepepet itu menjadi orang inferior (rendah diri – red).
Kebutuhan makin mendesak maka semakin tinggi beban pinjol. Karena pinjol kan juga mencari objek, kan begitu, sasaran.
Positifnya, ya diberi uang pinjam selesai masalahnya, instan. Selesai masalah saat itu, tapi muncul masalah panjang dan kemudian masalah di akhir.”
Bagaimana dengan mitigasi dampak negatif student loan tersebut?
“Mitigasi dampak negatif, ya karena pendidikan itu bukan bisnis, maka cara mitigasinya adalah ya dana-dana pinjol itu sifatnya membantu tanpa bunga.
Syukur-syukur lembaga-lembaga bank itu menyisihkan CSR(Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki manfaat untuk lingkungan dan masyarakat – red) nya.
Mitigasinya, CSR-nya digunakan untuk membantu mahasiswa itu. Tapi juga diingat, mahasiswa juga jangan terlalu enak merasa dapat bantuan. Mahasiswa juga harus bekerja keras. Saya dulu juga anak beasiswa, enggak masalah itu.
Jadi beasiswa itu yang benar lo ya, malah men-support, mendorong. Saya agak khawatir jangan-jangan malah orang yang masuk pinjol itu adalah ‘kalangan-kalangan yang kesulitan’ jadi memanfaatkan peluang dibalik kesulitan. Intinya, hati-hati, jangan terlena, jangan gampangan.”
Reporter: Muhammad Farhan
Editor: Aliffia Khoirinnisa