Permasalahan tunggakan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) di kalangan mahasiswa memang masih menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan. Melihat fenomena ini, pemerintah mengusulkan skema student loan atau kredit mahasiswa sebagai salah satu solusi. Namun, gagasan ini menuai pro dan kontra.
Pada prinsipnya, student loan bisa menjadi angin segar bagi mahasiswa yang terkendala masalah finansial. Dengan skema ini, mereka bisa mendapatkan akses pendanaan untuk membayar biaya kuliah terlebih dahulu, lalu dapat mengembalikannya setelah lulus dan bekerja. Jika diterapkan dengan baik, skema ini berpotensi menekan angka putus kuliah akibat masalah keuangan.
Namun di sisi lain, student loan juga mengandung risiko yang tak kalah besar. Mahasiswa yang meminjam berpotensi terjerat utang dalam jumlah besar, apalagi jika skema peminjamannya tidak dirancang secara bijak. Dikhawatirkan mereka akan terbebani cicilan bulanan yang memberatkan, bahkan setelah lulus nanti. Kondisi ini bisa menghambat mobilitas ekonomi dan karir mahasiswa di kemudian hari.
Selain itu, skema student loan yang tidak terkelola dengan baik juga berpeluang melahirkan masalah sosial baru, seperti pengangguran dan kemiskinan yang lebih akut. Jika para lulusan tak kunjung mendapat pekerjaan yang layak, bagaimana mereka bisa membayar cicilan utang pendidikan tersebut?
Oleh karena itu, sebelum ditetapkan, skema student loan perlu dikaji secara mendalam dan komprehensif. Pemerintah, perguruan tinggi, hingga pihak swasta terkait harus duduk bersama untuk merancang sistem yang aman, terjangkau, dan saling menguntungkan. Beberapa hal penting seperti suku bunga pinjaman, periode pelunasan, hingga perlindungan bagi peminjam perlu dirumuskan dengan saksama.
Sebagai alternatif, negara juga bisa mengoptimalkan dana pendidikan yang sudah tersedia, seperti program beasiswa dan subsidi UKT bagi mahasiswa kurang mampu. Cara ini mungkin lebih baik daripada membuka kembali potensi permasalahan baru.
Permasalahan tunggakan UKT memang kompleks dan membutuhkan solusi yang tepat sasaran. Harapannya, apa pun kebijakan yang diambil benar-benar mampu meringankan beban mahasiswa, bukan malah membebani mereka lebih jauh lagi. Pendidikan sudah cukup mahal saat ini, jangan sampai biaya tak terduga lainnya justru menghalangi orang untuk meraih masa depan yang lebih baik.