Sebagai pemegang peran penting dalam pengembangan proses pembelajaran di universitas, dosen dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyajikan materi dengan cara yang mudah dipahami dan terstruktur.
Tak jarang beberapa dosen yang memiliki keahlian dan kapasitas tinggi di bidangnya, turut diundang untuk mengajar di luar negeri. Undangan ini seringkali diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi mereka dalam penelitian, publikasi ilmiah, atau inovasi di bidang pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi salah satu universitas yang terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat jaringan internasional, dengan mengirimkan dosen untuk mengajar di berbagai universitas luar negeri melalui undangan khusus.
Namun, disisi lain muncul kekhawatiran mengenai efektivitas pengajaran dosen yang mengajar di beberapa universitas sekaligus terlebih di universitas luar negeri.
Terkait topik tersebut, reporter Pabelan-online.com berkesempatan mewawancarai Eko Priyo Purnomo, selaku dosen Ilmu Pemerintahan UMY sekaligus salah satu dosen mengajar di luar negeri pada Senin, 3 Juni 2024.
Bagaimana pembagian waktu untuk mengajar antara universitas utama dan universitas luar negeri?
“Tinggal disesuaikan jadwal saja, saya atur langsung. Jika ada hal tertentu, asisten saya bisa membantu menyiapkan sistem online, materi yang akan diajarkan, absensi, dan lain-lain.Jadi, kegiatan mengajar tetap berjalan lancar di kedua universitas.”
Terkait kegiatan mengajar, apakah dilakukan secara online atau offline dan menggunakan media digital?
“Tentu saja, dalam pembelajaran saya menekankan pentingnya penggunaan teknologi. Saya menggunakan beberapa platform digital seperti Skype, Google Meet, dan Zoom Meeting sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Tidak ada kendala, dan kegiatan tetap berjalan efektif dalam memberikan materi. Saya berharap pendekatan ini memudahkan mahasiswa untuk mengakses materi di mana saja dan kapan saja.”
Universitas mana saja yang mengundang dosen UMY untuk mengajar?
“Saya diundang oleh beberapa universitas luar negeri untuk mengajar mata kuliah, seperti Korea University, Maejo University, Universitas Utara Malaysia, dan sekarang saya juga menjadi dosen tamu di Khon Kaen University Thailand. Semua sudah terstruktur sesuai dengan tujuan.”
Apakah undangan hanya ditujukan untuk satu dosen UMY? Dan apakah hanya mengampu satu mata kuliah?
“Ada beberapa mata kuliah yang saya ampu seputar ilmu pemerintahan, yaitu Politics Government, Research Method, dan Sustainability. Materi akan dikembangkan melalui eLearning untuk memudahkan pembelajaran. Saya juga mengajak beberapa dosen lain serta kolega untuk bergabung dalam tim.”
Selain menjadi dosen tamu di universitas luar negeri, apakah ada kegiatan lain yang dilakukan?
“Saya tidak hanya mengajar, tetapi juga biasanya terlibat dalam riset bersama, publikasi bersama, dan mengembangkan program bersama tim. Ada banyak kegiatan yang saya lakukan ketika mengajar di universitas luar negeri. Banyak pengetahuan yang saya peroleh untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran saya.”
Adakah harapan dari Prof. Eko untuk dosen dan mahasiswa universitas lain agar mampu berkarya di kancah internasional?
“Menurut saya, pengalaman mengajar di luar negeri memberikan kesempatan bagi dosen untuk berbagi pengetahuan dan metode pengajaran inovatif, serta memperkaya kurikulum di universitas asal.
Dosen yang diundang mengajar di luar negeri sering terlibat dalam proyek penelitian kolaboratif yang dapat menghasilkan publikasi ilmiah berkualitas tinggi, sehingga meningkatkan reputasi akademik mereka di kancah global.
Saran saya, perluaslah pengalaman dengan mengajar atau menimba ilmu di tempat lain. Gunakan kesempatan untuk mengembangkan diri dan jejaring sosial. Kita bukan lagi hanya warga Indonesia, tetapi warga global yang harus aktif.”
Reporter: Hikma Agma Titan Shannia
Editor: Ferisa Salwa Adhisti