UMS, pabelan-online.com – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menarik perhatian mahasiswa Indonesia. Berbagai program dan manfaat yang disediakan membuat minat mahasiswa terhadap program MBKM lebih tinggi dibandingkan mengikuti organisasi mahasiswa.
Program MBKM merupakan inisiatif dari Kemendikbud Ristek yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan poin soft skills maupun hard skills di luar kampus sebagai bekal memasuki dunia kerja. Sementara itu, organisasi mahasiswa merupakan wadah bagi mahasiswa untuk melatih kecakapan kepemimpinan dan intelektual sesuai minat dan bakat dalam pengembangan keterampilan lunak.
Melansir dari Pabelan-online.com, berdasarkan riset yang dilakukan oleh LPM Pabelan terhadap mahasiswa di berbagai universitas di Indonesia dengan mensurvei 88 responden, sebanyak 12% responden sangat setuju bahwa program MBKM lebih menarik daripada organisasi mahasiswa, dan 50% responden setuju. Sisanya, sebanyak 1% responden tidak setuju dan 37% responden kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa urgensi organisasi mahasiswa bagi sebagian mahasiswa tidak terlalu tinggi.
Ahmad Kholid Al Ghofari, Kepala Biro Kemahasiswaan UMS menanggapi, bahwa minat mahasiswa terhadap organisasi mahasiswa lebih sedikit dibandingkan program MBKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan motivasi individu dalam memilih organisasi mahasiswa atau MBKM, serta manfaat yang didapat dari program MBKM lebih signifikan dibandingkan organisasi mahasiswa.
“Ketika seseorang memilih sesuatu, ia memiliki motivasi tertentu. Mungkin organisasi mahasiswa tidak menarik bagi mereka yang lebih memilih akademik. MBKM menawarkan banyak hal, bukan hanya sekadar persiapan kerja, tetapi juga memberikan manfaat langsung seperti uang saku, tentu ini lebih menarik,” terangnya, Senin (03/06/2024).
Ia menambahkan, berkurangnya minat mahasiswa terhadap organisasi mahasiswa merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh masing-masing organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa harus bisa menjadi pilihan yang menarik bagi mahasiswa tanpa mempertentangkan dengan program MBKM.
Lebih lanjut, Kholid menjelaskan bahwa organisasi mahasiswa harus memiliki nilai-nilai positif yang dapat menarik minat mahasiswa untuk bergabung, seperti figur teladan dalam organisasi, prestasi organisasi, dampak positif yang berkelanjutan, dan ciri khas organisasi yang dapat membentuk karakter anggotanya.
“Harapannya, pedoman kegiatan kemahasiswaan yang kami buat dapat dijadikan panduan untuk membangun organisasi yang mapan dan berkelanjutan. Keberadaan organisasi diakui dan memiliki dampak yang berkelanjutan,” jelasnya.
Di akhir wawancara, Kholid berpesan kepada pengurus organisasi mahasiswa untuk terus berupaya membentuk dan mengembangkan karakter serta ciri khas masing-masing organisasi, dan memberikan teladan yang baik bagi mahasiswa.
“Organisasi mahasiswa dan program MBKM bukan sesuatu yang harus dipertentangkan karena keduanya memiliki tujuan yang hampir sama. Oleh karena itu, organisasi mahasiswa harus terus berupaya menjadi pilihan, mencari ciri khas yang dimiliki, dan menjadi contoh yang baik sehingga mahasiswa tertarik untuk bergabung,” pesannya.
Pada kesempatan yang sama, reporter Pabelan-online.com mewawancarai Rahesha Permasa Putra, mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) UMS, yang telah mengikuti organisasi dan program MBKM. Menurutnya, program MBKM dan organisasi mahasiswa saling melengkapi untuk mengembangkan potensi mahasiswa.
“Organisasi dan MBKM sebenarnya saling melengkapi, keduanya memberikan tempat untuk mengembangkan kemampuan dan pengalaman kita untuk meningkatkan peluang diterima di tempat kerja yang kita inginkan,” ujarnya, Senin (03/06/2024).
Ia menambahkan, perubahan minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi mahasiswa lebih memilih program MBKM disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari organisasi mahasiswa itu sendiri.
“Kurangnya inovasi dari pengurus organisasi dan kadang kita harus menambah dana pribadi untuk menjalankan program kerja. Ditambah dengan pengalaman tidak menyenangkan di media sosial yang menyebabkan minat bergabung ke organisasi menurun,” jelasnya.
Rahesha berpesan, perubahan minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi mahasiswa dan lebih memilih program MBKM harus segera disikapi oleh organisasi yang terdampak. Hal ini agar dapat menarik kembali minat mahasiswa untuk berorganisasi dan melakukan sinergi di antara keduanya.
“Pengurus organisasi bisa bekerjasama dengan program studi atau pihak lain untuk mengembangkan program kerja yang berkaitan dengan profil lulusan. Contohnya, jika profil lulusan HES adalah praktisi hukum, maka organisasi dapat membuat program kerja yang mendukung hal tersebut,” pesannya.
Reporter: Moh. Lukman Alhakim
Editor: Ferisa Salwa Adhisti