Minimnya minat mahasiswa terhadap organisasi kemahasiswaan merupakan masalah serius dalam perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Faktor-faktor seperti ketidakefektifan program kerja, kurangnya inovasi, dan pengalaman negatif yang terkait dengan organisasi tersebut telah mengurangi daya tariknya bagi mahasiswa.
Di sisi lain, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menawarkan kesempatan yang menarik untuk pengembangan keterampilan yang lebih langsung dan manfaat finansial yang nyata. Masalah ini memerlukan tindakan tegas dan terarah dari berbagai pihak terkait.
Pertama, pengurus organisasi kemahasiswaan perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program kerja dan strategi pengelolaan organisasi. Inovasi, kreativitas, dan adaptabilitas menjadi kunci untuk meningkatkan daya tarik organisasi tersebut. Organisasi harus bergerak sesuai dengan perkembangan zaman dan memahami kebutuhan serta harapan mahasiswa masa kini.
Kedua, universitas dan lembaga terkait harus memberikan dukungan yang lebih besar dalam memperkuat organisasi kemahasiswaan. Pelatihan kepemimpinan, pembinaan program kerja, dan fasilitas yang memadai menjadi hal penting yang harus disediakan untuk mendukung kualitas dan relevansi organisasi.
Selain itu, pembentukan kemitraan antara organisasi kemahasiswaan dengan industri dan lembaga lain dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan memperluas jaringan.
Kritik terhadap sistem pendidikan tinggi juga perlu disampaikan dengan jelas. Terlalu fokusnya perhatian pada pencapaian akademik seringkali mengabaikan pentingnya pengembangan keterampilan non-akademik yang juga diperlukan dalam dunia kerja.
Universitas harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong mahasiswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan di luar ruang kelas, termasuk organisasi kemahasiswaan. Pihak kampus juga perlu bersedia menerima kritik dan masukan yang konstruktif dari mahasiswa.
Kritik adalah salah satu bentuk aspirasi dan kepedulian mahasiswa terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan membuka telinga terhadap kritik, pihak kampus dapat memperbaiki kebijakan, program, dan layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Pentingnya sinergi antara program MBKM dan organisasi kemahasiswaan juga harus ditekankan. Keduanya seharusnya bukan saling bersaing, melainkan saling melengkapi dalam mendukung pengembangan keterampilan dan karakter mahasiswa.
Program MBKM seharusnya tidak menggantikan peran organisasi kemahasiswaan, tetapi malah memperkuatnya dengan menyediakan dukungan dan sumber daya tambahan. Pengelolaan yang efektif dan strategis dari kedua sisi dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih dinamis dan berdaya saing.
Minimnya minat mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan solusi yang terintegrasi. Melalui langkah-langkah konkret dan kolaboratif dari semua pihak terkait, diharapkan dapat diciptakan lingkungan pendidikan tyang lebih dinamis, inklusif, dan relevan bagi perkembangan mahasiswa Indonesia.