UMS, Pabelan-online.com – Direktur Perencanaan dan Keuangan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menanggapi intimidasi yang dialami oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNY yang kemudian menuai umpan balik dari sang Ketua BEM.
Setelah melakukan demonstrasi terkait kenaikan UKT, pihak BEM UNY mengaku mendapat intimidasi dan represi dari rektorat, disertai ancaman pembekuan BEM.
Dilansir dari kanal YouTube KOMPASTV, Direktur Perencanaan dan Keuangan UNY, Heri Retnawati, menyatakan bahwa intimidasi yang dialami mahasiswa mungkin bertujuan agar mereka tidak berdemo di jalan. Heri menjelaskan bahwa pihaknya siap menyelesaikan masalah seperti UKT dan lainnya jika disuarakan dengan baik.
“Kami ingin menyelesaikan masalah, dan banyak yang mengeluh terkait UKT atau lainnya, insyaallah kami punya solusi,” ujarnya, Rabu (22/06/2024).
Heri juga menyampaikan bahwa mahasiswa atau masyarakat yang ingin belajar di UNY dipersilakan. Namun, jika mahasiswa tidak puas dan terus mengkritik, ia menilai hal itu menunjukkan ketidakmampuan berkolaborasi dan kurangnya cinta terhadap UNY.
“Silakan belajar dan berkolaborasi, tapi jika tidak suka dengan UNY, ya bagaimana lagi,” ujar Heri.
Heri menganggap tidak ada praktik intimidasi dan menjelaskan bahwa KIP berasal dari pemerintah, sehingga pihaknya tidak mungkin mencegah KIP tersebut.
“Tunjukkan kepada adik kelas bahwa lulus cepat adalah contoh yang baik, sehingga tidak membayar terlalu banyak ke UNY,” tutur Heri di akhir video.
Menanggapi hal tersebut, Ketua BEM UNY, Farras, menuturkan bahwa konflik sudah terjadi sejak awal demo. Ruang mahasiswa selalu dipersempit, terutama sejak inisiasi gerakan pra pemilu.
“Menanggapi pernyataan kontradiktif dari Jokowi, kami mendesak civitas akademika UNY untuk menyatakan bahwa kondisi demokrasi di Indonesia buruk,” ujar Farras, Senin (17/06/2024).
Selain itu, pihaknya menerima banyak ancaman berupa intimidasi dari pimpinan kemahasiswaan, ancaman pencabutan beasiswa, dan tekanan verbal. BEM UNY juga dibekukan secara informal, dengan pemberhentian seluruh administrasi dan keuangan.
“Dari awal periode hingga kini, belum ada program kerja atau agenda yang mendapat pendanaan dari kampus, sehingga kami hanya mengandalkan pendanaan internal BEM, yaitu kas dan beberapa sponsor yang tidak banyak,” jelasnya.
Menghadapi persoalan tersebut, BEM melakukan langkah-langkah alternatif, seperti menyederhanakan program agar dapat dijangkau oleh khalayak dan menghapus kegiatan yang sulit dilaksanakan.
“Kami mengadakan kegiatan dengan berkolaborasi dengan organisasi atau lembaga luar kampus, bahkan untuk kegiatan dalam kampus. Kami juga memaksimalkan kolaborasi dengan BEM fakultas untuk memaksimalkan dampak bagi mahasiswa UNY,” tutur Farras.
Pihak BEM masih berusaha menyelesaikan konflik dengan berkomunikasi dengan rektorat, namun hingga kini belum ada respons positif dari rektorat.
“Selain itu, kami juga lebih mempertegas posisi kami sebagai mitra kritis kampus dan tidak gentar sedikitpun terhadap apa yang terjadi pada yang lalu,” tambahnya.
Di akhir wawancara, Farras mewakili pihak BEM menyampaikan pesannya pada pihak rektorat dengan satu kalimat.
“Jangan anti kritik,” tegas Farras.
Reporter: Gladys Mayleny dan Muhammad Farhan
Editor: Ferisa Salwa Adhisti