UMS, Pabelan-online.com – Aksi protes yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) Teras Malioboro 2 serta mahasiswa pada Sabtu malam, 13 Juli 2024, menarik perhatian publik. Aksi ini merupakan puncak dari kekecewaan para pedagang terhadap sikap Pemerintah Daerah DIY yang dinilai tidak responsif terhadap aspirasi mereka.
Di tengah gemerlap Malioboro yang selalu memikat wisatawan, tersimpan kisah perjuangan para Pedagang Kaki Lima (PKL) Teras Malioboro yang tak kunjung usai. Sudah dua tahun berlalu sejak LBH Yogyakarta mulai mendampingi mereka, dan kini para mahasiswa pun turut mengambil peran dalam upaya memperjuangkan nasib para pedagang ini.
Dihubungi reporter Pabelan-online.com, Yusril Mulyadi Rasyid, Ketua Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) mengungkapkan, bahwa aksi yang berlangsung merupakan bentuk kekecewaan atas sikap Pemerintah Daerah DIY yang tidak pernah membuka ruang dialog untuk mendengarkan aspirasi PKL Teras Malioboro 2.
“Padahal, para pedagang telah beberapa kali mengirimkan surat pengajuan audiensi, dan tidak pernah mendapatkan respons yang baik,” ujarnya, Senin (22/07/2024).
Yusril mengungkapkan pada malam itu suasana menjadi serius ketika aparat keamanan dari UPT Dinas Kebudayaan menutup akses keluar-masuk Teras Malioboro dua. Sehingga PKL yang hendak keluar untuk kembali berjualan ke selasar sebagai bentuk kekecewaan mereka atas sikap acuh Pemda DIY tidak bisa dilaksanakan.
“Bahkan beberapa dari aparat juga memprovokasi massa aksi dari PKL Teras Malioboro 2 dengan menampilkan gestur provokatif seperti mengacungkan jari tengah ke arah PKL dan beberapa kali mengeluarkan umpatan ke pkl,” ungkap Yusril.
Situasi sempat memanas, namun koordinator lapangan dan pendamping PKL berhasil menenangkan massa dan menurunkan eskalasi. Pasca aksi tersebut, isu PKL Teras Malioboro Dua mendapat perhatian lebih luas dari masyarakat melalui pemberitaan dan media sosial.
Bahkan Gubernur DIY, yang sebelumnya enggan berkomentar, mulai memberikan perhatian pada nasib para pedagang.
Yusril juga menjelaskan latar belakang keterlibatan mahasiswa dalam gerakan ini, yang bermula dari Focus Group Discussion (FGD) tentang relokasi tahap kedua PKL Teras Malioboro yang diselenggarakan oleh LBH Yogyakarta.
“Kami sebagai mahasiswa memiliki kesadaran bahwa setiap manusia punya hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, termasuk PKL Teras Malioboro. Kami komitmen untuk membersamai LBH Yogyakarta dalam proses pendampingan PKL teras malioboro dua,” tambahnya.
Dihubungi dalam kesempatan yang berbeda, Murtadho Fajar Amri, salah satu peserta aksi yang juga seorang PKL, mengungkapkan kekecewaannya atas hasil audiensi.
“Dinas-dinas terkait tidak hadir dan tidak menghasilkan jawaban yang kita inginkan,” ujarnya, Jum’at (19/07/2024).
Para PKL dan pendukungnya bertekad untuk terus berjuang. Murtadho menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan aksi hingga hak-hak mereka terpenuhi.
“Mereka (PKL – red) berharap bisa dimasukkan ke dalam JPG (Jogja Pakualaman Grounds – red) atau jika tidak memungkinkan, dikembalikan ke selasar. PKL sendiri sudah menjadi ikon Malioboro,” pungkasnya.
Reporter: Aisyah Izzatuddini Rahma
Editor: Ferisa Salwa Adhisti