Banyak orang merasa bila menjadi seorang nerd atau kutu buku adalah orang yang keren. Padahal, membaca buku adalah hal yang semestinya dilazimi. Maka sudah seharusnya membaca buku tidak menjadi hal yang istimewa, melainkan kebutuhan yang semestinya.
Manusia memang sudah seharusnya membaca demi terus menutrisi otak agar tak lekas tumpul. Oleh karena itu, orang yang hobi membaca buku sebetulnya adalah orang yang biasa saja. Sebab ia hanya melakukan apa yang semestinya ia lakukan demi menjaga kesehatan otaknya.
Namun, sejumlah orang rupanya merasakan hambatan tersendiri dalam membaca buku. Banyak alasan yang dikarang, seperti sibuk, tidak sempat, tidak punya buku, tidak tahu mau membaca buku apa, dan sebagainya. Sederet alasan itu dapat dijadikan satu kata yang sangat mewakili, yaitu “malas”.
Sejumlah orang itu mungkin telah bertanya-tanya seputar buku. Entah itu tips konsisten, tips disiplin, tips agar tidak mudah bosan, tips membaca cepat, tips membaca dalam kereta, rekomendasi tempat yang nyaman, dan sebagainya. Itu artinya sudah ada usaha untuk menyelesaikan bacaan.
Ilusi usaha menyelesaikan bacaan
Hanya saja, segalanya itu bukanlah upaya untuk menyelesaikan, melainkan ilusi usaha. Kita berpikir seolah-olah itu merupakan bentuk upaya untuk menyelesaikan bacaan. Padahal, bagaimanapun, setelah mengonsumsi berbagai tips dan trik itu, nyatanya juga tak kunjung menyelesaikan bacaannya.
Sebab pada dasarnya, hanya ada satu cara untuk menyelesaikan buku bacaan, yakni dengan membacanya, dan membaca buku hanya memerlukan kemampuan membaca rangkaian huruf-huruf abjad. Itu saja. Tak perlu banyak-banyak mengetahui tips dan trik tapi nihil eksekusi.
Membaca demi menghargai penulis
Selain itu, untuk memperkuat minat baca, kita juga perlu alasan yang kuat. Yaitu, dengan memahami bahwa membaca buku adalah bentuk usaha kita dalam menghargai penulis. Penulis akan merasa dihargai jika tulisannya dibaca dan dipahami, lebih-lebih jika paham pemikiran penulis juga diterapkan oleh pembaca.
Merogoh kocek demi membaca
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, kita akan lebih menghargai penulis dengan membeli bukunya. Membaca buku dengan mengeluarkan biaya akan lebih menekan kita untuk membaca. Sebab, jika sudah terlanjur mengeluarkan uang untuk membeli buku tapi buku tersebut malah tidak dibaca, kita hanya akan merugi.
Tentu maksud membeli buku bukan membeli buku bajakan. Membeli buku bajakan jelas perbuatan yang nista. Lebih baik merental buku mingguan ketimbang membeli buku bajakan dengan harga yang murah.
Alasannya, membeli buku tentu akan memaksa kita untuk menyelesaikan buku tersebut. Tak hanya itu, dengan membeli buku, kita jelas akan lebih merawat dan menjaga buku yang kita miliki dengan baik.
Dicap dan dipuji pintar
Di antara salah satu keuntungan membaca buku yakni kita akan dicap dan dipuji pintar. Meski tak sungguhan pintar, memperoleh cap “orang pintar” jelas akan membuat orang yang dipuji menjadi bahagia. Sebuah kesenangan tersendiri mempunyai cap “orang pintar”. Meskipun, hanya tampak pintar, tentu ada konsekuensi tersendiri di balik cap “pintar” itu. Namun, itu bisa dipikir belakangan. Tak perlu diambil pusing.
Cara untuk menjadi pintar sungguhan itu gampang-gampang sulit. Tinggal perbanyak pengetahuan saja, niscaya kita akan menjadi pintar sungguhan. Urusan apa dan bagaimana definisi dari cerdas, cerdik, cemerlang, atau piawai itu tak menjadi persoalan, yang penting, serap sebanyak mungkin pengetahuan dari buku dan terapkan dalam kehidupan nyata.
Mengurangi waktu layar ponsel
Dengan membaca buku pula, tentunya dapat membantu kita untuk mengurangi waktu bermain ponsel. Menggunakan ponsel dalam waktu yang sangat lama jelas tak baik untuk kesehatan mata.
Singkatnya, untuk menjadi orang yang berpengetahuan, jelas tak mungkin bisa diperoleh dengan semudah membalikkan telapak tangan. Upaya untuk konsisten dalam menambah pengetahuan memang harus digencarkan dan dilazimi. Keuntungan dari membaca buku jelas tidak diperoleh dengan instan.
Mengorbankan waktu dan memaksakan diri untuk membaca buku adalah harga yang harus dibayar untuk menjadi orang yang berpengetahuan. Tentunya, harga itu jauh lebih murah ketimbang menanggung malunya kebodohan hingga menua. Sementara itu, membaca buku hanyalah salah satu cara untuk menjadi orang yang berpengetahuan.
Penulis: Han
Editor: Ferisa Salwa Adhisti