Berkat kegigihan dan tekad yang kuat, seorang anak dari latar belakang keluarga pemulung berhasil melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan kini tengah menempuh pendidikan Magister Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Kisah ini bermula dari sebuah perjuangan panjang yang tak mudah, namun penuh harapan.
Anak tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya ini berasal dari keluarga yang hidup dalam serba kekurangan. Ibunya adalah seorang single parent yang bekerja sebagai pemulung untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan mendidik anak-anaknya. Meski hidup dalam kesulitan, ia tumbuh dengan impian untuk mengangkat derajat keluarga.
Berangkat dari tahun 2017 setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), keterbatasan ekonominya memaksa untuk menunda melanjutkan pendidikannya. Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja untuk bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.
Salah seorang yang pernah menjadi gurunya ketika SMA kala itu, menawarkan kepadanya Beasiswa BIDIKMISI di Universitas Terbuka (UT) pada Program Studi Hukum. Namun, beasiswa tersebut sempat ditolak karena tidak sesuai dengan backgroundnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menerima beasiswa tersebut, berkat itu ia dapat berkuliah dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Dalam bangku perkuliahan, ia selalu memaksimalkan diri baik di bidang akademik maupun prestasi. Ia selalu percaya bahwa kesempatan tidak datang dua kali.
“Tuntutlah ilmu disaat kamu miskin, maka ia akan menjadi hartamu. Dan disaat kamu kaya ia akan menjadi perhiasanmu,” ujarnya, Senin (18/08/2024).
Baginya, pendidikan adalah harta yang paling utama yang mengantarkan saya ke jenjang yang lebih sukses atau lebih baik.
“Pendidikan adalah senjata yang paling tajam yang bisa mengubah dunia salah satunya kehidupan saya,” ujarnya.
Dengan kegigihan dan kemauan yang ia miliki, ia selalu mendapat dukungan dari keluarga yang sebelumnya sempat dipaksa untuk bekerja sambil berkuliah. Akan tetapi ia khawatir akan hal itu yang sekiranya dapat mengganggu aktivitas perkuliahan. Ia selalu ingat bahwa, dirinya adalah mahasiswa penerima beasiswa yang memiliki tanggung jawab atas perkuliahannya.
Pada saat itu ia mulai merubah pola pikirnya dengan mengikuti lomba sebanyak mungkin, ikut serta menjadi volunteer, dan juga aktif dalam program pengabdian agar dapat memperoleh uang.
”Saya mendapat dukungan dan perhatian dari teman-teman serta guru-guru SMA. Nantinya saya ingin menjadi seorang pemberdaya, pendidik, atau peneliti karena itu berhubungan dengan cita-citaku,” tutupnya.
Reporter: Muhammad Iqbal
Editor: Ridhwan Nabawi