Alasan Produksi Korsa Ilmu Komunikasi Molor Dua Bulan

LPM Pabelan

Ilustrasi: Pabelan Online/Abdurrahman Muzaki

Pabelan-online.com, UMS – Proses pembuatan korsa kloter kedua mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi molor hingga dua bulan karena panitia yang tidak bertanggung jawab. Pihak Himpunan Mahasiswa Komunikasi (Himakom) meminta maaf dan akan menindaklanjuti persoalan tersebut.

Salah satu mahasiswa pemesan korsa Prodi Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2024 yang enggan disebutkan namanya mengatakan, masalah itu muncul sejak produksi korsa kloter kedua. Ia menyebut pihak yang bertanggung jawab atas program kerja (proker) itu seperti lari dari tanggung jawab.

“Untuk kejelasan panitia di batch 1 itu transparansi sekali. Nah, pada batch ke-2 itu panitia hanya menghimbau untuk bersabar, untuk siapa saja panitia yang terkait saya kurang tau,” ungkapnya pada Senin, (29/09/2025).

Sampai berita ini terbit, Ketua Panitia pembuatan Korsa Ilmu Komunikasi berinisial E tidak merespons ketika dihubungi melalui WhatsApp sejak Minggu, (28/09/2025).

Ketua Umum Himakom, Adrian Naelul Murtadho menegaskan program ini hanya bermasalah pada produksi kloter kedua. Ia menjelaskan, korsa merupakan inisiatif dari Himakom agar mahasiswa Ilmu Komunikasi memiliki identitas bersama setelah 18 tahun berdiri tanpa identitas, tanpa baju khas prodi. Mengingat, mayoritas mahasiswa prodinya menyetujui rencana tersebut.

“Kami bentuk forum besar dengan perwakilan angkatan, lalu panitia campuran dari Himakom dan mahasiswa umum. Himakom hanya bertindak sebagai penanggung jawab legalitas,“ tuturnya saat ditemui di Danau Salsabila UMS, Sabtu, (27/09/2025).

Adrian mengakui bahwa proses produksi korsa itu memang molor hingga dua bulan. Ia juga tidak mengelak dari keluhan dan kritik yang disampaikan oleh para mahasiswa prodinya. “Saya sangat mengapresiasi teman-teman mahasiswa umum yang udah mau mengeluhkan, mau mengkritik. Kita sangat open (terbuka –red) kritik,” ujar Adrian.

Penyebab produksi korsa itu molor, kata Adrian, adalah salah satu panitia yang berperan penting dalam urusan itu tiba-tiba menghilang dan susah dihubungi. Hal itulah yang membuat masalah korsa menjadi ramai diperbincangkan. 

“Saya nggak menganggap itu masalah kecil. Itu memang masalah yang perlu banget segera diselesaikan. Cuma, alhamdulillah, terhitung dari hari ini sudah selesai,” kata Adrian.

Adrian menyebut akan menindak panitia yang bertanggung jawab atas molornya proses pembuatan korsa prodinya. Ia tidak membiarkan apa yang telah diperbuat itu berlalu begitu saja. Sebab, ujarnya, hal itu merugikan nama himpunan dan mahasiswa lainnya.

“Maka dari itu kita akan tindak, kita akan jatuhkan konsekuensi kepada dia,” tegasnya.

Ia menyarankan agar memantau perkembangan tindak lanjut lewat akun Instagram resmi Himakom @himakom_ums. “Bentuk tindakannya itu lebih ke internal sih. Bisa pantengin Instagram Himakom. Nanti insyaallah kita akan share terkait penindakan permasalahan ini,” ujarnya.

Adrian berterima kasih kepada segenap mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang turut berpartisipasi, khususnya kepada angkatan tahun 2024. Ia memohon maaf atas keterlambatan produksi korsa kloter ke-2 yang menyebabkan kekisruhan di prodinya.

“Kita akan berbenah, dan kita akan bertanggung jawab penuh atas apa yang menjadi masalah dan kita akan menindak sesuatu yang perlu kita tindak,” kata Adrian.

Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI), Labib Awwam menyebut bahwa klarifikasi dari Himakom sudah cukup untuk menjawab polemik. 

“Saya rasa wawancara dengan Himakom sudah cukup untuk menjawab persoalan ini,” kata Labib lewat WhatsApp, Jumat (26/09/2025).

Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Sidiq Setyawan menolak diwawancarai karena tidak memiliki kapasitas memberikan keterangan terkait masalah produksi korsa mahasiswa prodinya. “Monggo tanyakan ke kepanitiaan angkatan,” ujar Sidiq melalui WhatsApp, Senin, (29/09/2025). 

Reporter: Baso M Wahidin

Editor: Muhammad Farhan

Also Read

Tinggalkan komentar