Menyoal Eksistensi Perayaan Sempro, Mahasiswa Berikan Tanggapan

LPM Pabelan

Memasuki semester akhir perkuliahan, mahasiswa mulai disibukkan dengan berbagai persiapan menuju tugas akhir. Pada jenjang Strata-1 (S1) biasa disebut dengan skripsi. Prosesnya memang diperlukan beberapa tahap ujian atau juga disebut pula sidang.

Dalam setiap jurusan ada yang mengadakan dua kali dan ada pula yang tiga kali. Jika sidangnya hanya dua kali, seminar proposal (sempro) penelitian dan sidang skripsi, sedangkan yang sidang tiga kali yakni seminar proposal penelitian, seminar hasil (semhas) dan sidang tertutup.

Namun, kembali lagi pada setiap jurusan karena memiliki sidang dan tahapan yang berbeda. Sebagai tahap awal perjalanan tugas akhir, tiap mahasiswa akan melakukan sidang sempro yang bertujuan untuk melakukan pemaparan bahasan latar belakang sampai dengan metode penelitian yang akan dilakukan.

Kini tren mulai bermunculan adanya selebrasi atau perayaan setelah melewati sidang sempro. Perayaan ini biasanya berbentuk kehadiran rekan mahasiswa atau kerabat yang membawakan buah tangan berupa buket bunga ataupun hadiah lainnya. Lalu, tidak lupa dengan swafoto bersama rekan mahasiswa yang telah lulus dari sidang sempro yang kemudian hasil foto tadi diunggah ke media sosial beserta ucapan-ucapan selamat.

Umumnya, sebelum tren tersebut mulai bermunculan, perayaan hanya dilakukan selepas sidang skripsi, karena mahasiswa hanya menunggu proses wisuda. Atau ketika berlangsungnya helatan wisuda.

Hadirnya fenomena selebrasi selepas sidang sempro ini mengundang beragam komentar di kalangan mahasiswa itu sendiri, ada yang menganggap hal tersebut sebagai ajang apresiasi sampai ada menyatakan kurang setuju.

Sempro Harus Dirayakan Sebagai Bentuk Penghargaan dan Motivasi

Tidak sedikit mahasiswa dalam prosesnya membuat proposal bahkan mencari judul itu tidak mudah. Sebagian mahasiswa ada yang mencapai titik pelaksanaan sempronya dengan cepat dan adapula yang lambat. Bagi mahasiswa pada umumnya yang mengikuti jadwal skripsi pasti mengalami kesulitan yang mungkin berpengaruh pada mental dan fisik.

Kepada pabelan-online.com, Hendriyatno Melsar Putra, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) beranggapan, ia menyetujui dengan adanya budaya perayaan sempro. Baginya, perayaan sempro dapat menjadi batu loncatan untuk kedepannya. Budaya sempro menurutnya esensinya untuk saling menghargai dan memberi semangat guna melanjutkan penyelesaian studi.

Begitu pula dengan untuk pemberian hadiah, Hendri tidak terlalu mempersoalkannya. “Secara pribadi, aku lebih ke bentuk ucapan dan dukungan moril ketimbang material, karna dihargai dalam sebuah proses itu sangat mempengaruhi individu itu kedepannya,” sebutnya, Kamis (2/11/2023).

Selaras dengan Hendri, Hanif Bahaudin Dzakir Putra yang merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyatakan, kalau merayakan sempro dapat membuat motivasi lebih pada orang yang bersangkutan lebih lanjut menyelesaikan tugas akhirnya untuk menuju ke wisuda nantinya.

“Bagus jika dalam menyemangati kawan yang telah menyelesaikan rangkaian tahap menuju wisuda. Namun, jangan berlebihan sehingga berdampak terlalu bangga bagi yang dirayakan,” tegas Hanif, Kamis (2/11/2023).

Perayaan Sempro Dianggap Terlalu Dini

Melihat panjangnya proses yang dijalani mahasiswa hingga akhirnya dinyatakan sah dalam pelantikan gelar saat wisuda, tidak menutup kemungkinan sebagian mahasiswa akan berpandangan kalau tren perayaan selepas sempro di rasa masih terlalu awal.

Seperti yang diungkapkan oleh Haritsah Nur Aini yang merupakan seorang mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS). Ia sendiri merasa kurang menyetujui perayaan dengan pemberian hadiah ditahap awal (sempro – red) karena masih ada beberapa tahapan lagi.

“Misal mau memberi hadiah, waktu sidang atau wisuda (salah satu aja) karena momennya menurutku lebih pas aja gitu kan bisa dibilang udah bener-bener selesai gitu,” ungkapnya, Rabu (1/11/2023).

Haritsah juga menambahkan, mungkin bagi orang-orang tertentu dengan buru-buru melakukan perayaan selepas sempro memiliki efek terlalu nantinya bisa terbawa suasana senang berlebih dan malah menjadi malas dalam melanjutkan tahapan, sedangkan sempro masih berada dalam tahapan awal.

“Mungkin tanpa disadari agak membebankan lingkar pertemanannya. Apalagi jika dalam lingkar pertemanannya itu ada kesenjangan ekonomi gitu. Lebih setuju kalo perayaannya itu yang merayakan pencapaian yang ngadain syukuran aja,” pungkas Haritsah, Rabu (1/11/2023).

Hak Setiap Orang Merayakan Sempro

Kembali lagi pada bentuk apresiasi yang seperti apa pada seseorang yang telah menyelesaikan sidang sempro. Putri Komalasari mahasiswa UMS, menyatakan bahwa tidak menjadi masalah jika seseorang ingin merayakan sempro yang sudah selesai dilewati dan tidak perlu dipermasalahkan juga.

Menurutnya itu salah satu apresiasi, karena telah menyelesaikan satu tahap walaupun masih ada beberapa tahap yang lain. Begitu juga untuk kasus memberikan hadiah kepada rekan mahasiswa.

Bagi Putri, yang dikatakan kurang tepat adalah ketika rekan tersebut memaksa untuk memberikan hadiah. “Misalkan sudah diberi uang bulanan oleh orang tua, akan tetapi ada teman yang sempro, dan memaksakan untuk memberi hadiah” jelas Putri, Rabu (1/11/2023).

Menurut Putri, perayaan dapat dilakukan dengan banyak macam, seperti pemberian ucapan atau hadir dan swafoto itu sudah cukup untuk ikut merayakan. Di sisi lain, ia juga menyetujui dengan adanya perayaan selepas sempro karena bersifat apresiasi, dan sebaliknya menentang jika hal tersebut dilakukan secara berlebihan.

Reporter : Anisa Fitri Rahmawati

Editor: Sarah Dwi Ardiningrum

Also Read

Tinggalkan komentar