“Cuma ada tiga orang di dunia, sudah jelas gadis itu akan mengawini Dukun jahat, betapapun jeleknya”
Ada lima orang polisi yang sedang asik bercerita di dalam pos polisi itu. Rio Kutluk berjalan gontai dengan santainya, ia merasa telah memiliki jiwa besar karena memberikan obat pada para pembunuh Ayahnya. Sejauh lima meter dari pos Polisi, Rio Kutluk melemparkan kaleng hitam yang menyebabkan bunyi kerontang di lantai bangunan, dari kejauhan sekitar tiga puluh meter seseorang menekan tombol untuk meledakan pos Polisi tersebut. Rio Kutluk terbelalak, terhuyung dan jatuh.
Hari itu juga ia bisa merasakan apa yang dirasakan Ayahnya. Sebuah pelor merobek betisnya. Ia merintih kesakitan. Tak seberapa lama ia sudah berada di kantor polisi dengan keadaan tangan terborgol.
Seluruh kisah itu kudengar dari pengakuannya di Kantor Polisi. Aku hanya mencari data untuk segera kuantarkan pada Pemimpin Redaksi. Aku sempat mencari keberadaan keluarga Rio Kutluk untuk dimintai keterangan tentang kebenaran ceritanya.
Bersambung…
Penulis adalah Prasetiyo Leksono Nur Widodo. Mahasiswa Teknik Industri.