Aku Ingin Pulang Lebih Malam Lagi Bagian 4

LPM Pabelan

Aku sangat membenci hidup bersama keluarga besar ini. Terlebih keluarga besar sering mencampuri urusan keluarga kecilku yang semula amat bahagia. Kebahagian itu mulai memudar ketika kelahiran adikku. Sejak usianya belum genap satu bulan adikku sudah di bawa ke Jakarta untuk diangkat anak oleh pakdeku dan nama pemberian dari bapakku untuk adikku diganti. Padahal waktu itu aku menginginkan seorang teman bermain.

Sayang, waktu itu usiaku masih lima tahun, aku belum mengerti dan aku juga dilenakan dengan boneka teddy bear yang ketika itu sangat lucu. Keputusan itu dianggap sah dan baik oleh keluarga besarku. Tapi semakin bertambahnya usia, aku merasakan kerinduan yang mendalam. Aku hanya bisa melihatnya setahun sekali saja, ketika hari raya. Aku ingin seperti teman-teman yang lain yang memiliki saudara, bermain, berbagi, berdebat bahkan bertengkar. Ada kenikmatan tersirat bertengkar dengan adik. Aku pun sempat berpikir bagaimana perasaan mamak dan papa melihat adik tumbuh dalam dekapan orang lain.

Kondisi semakin tak menentu ketika bapak menjadi korban PHK massal. Bapak harus kembali ke desa. Padahal sebelumnya tak pernah di desa. Ia menjadi petani amatiran menggarap sawah keluarga yang luas. Bapak terus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga. Bapak sadar aku semakin tumbuh besar dan pastinya memerlukan banyak biaya. Bapak sempat mendapat tawaran bekerja kembali di tempat yang jauh. Namun keluarga besar tidak mengizinkan dan menyuruh bapak untuk tetap disini menjaga rumah, sawah dan semua biaya hidup akan dipenuhi oleh pakde yang merawat adikku. Karena tak mendapat restu untuk pergi merantau kembali, bapak pun mengurungkan niatnya.

 

Penulis adalah Ayu Purwaningsih.

Also Read

Tags

Tinggalkan komentar