“Kenapa kabur?” tanpa ada pertimbangan dari otak, pertanyaanku itu lolos begitu saja. Karen lantas tertawa dalam dengus. “Kabur? Siapa yang kabur? Cuma nyari angin aja.”
Terakhir kali aku menghabiskan waktu bersama Karen adalah lima belas tahun yang lalu, saat ia menyeretku dengan paksa dalam rencana gilanya menyelinap di Planetarium Taman
Hingga di suatu hari di musim penghujan, ia datang lagi dan bilang bahwa ibu sedang sakit-sakitan. Badannya semakin kurus dan sudah tidak begitu kuat untuk
Pelukan ini mengingatkanku pada hari terakhir ketika aku tinggal bersamanya di gubuk tua tempat tinggal kami. Ini pelukan kami yang kedua, sama-sama ditemani oleh tangis,
Ia menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu hujan air mata itu turun, perlahan hingga menderas sampai menggetarkan tubuhnya, juga jiwaku. Ia mendekapku erat-erat, dan aku membalasnya