Ia menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu hujan air mata itu turun, perlahan hingga menderas sampai menggetarkan tubuhnya, juga jiwaku. Ia mendekapku erat-erat, dan aku membalasnya
Aku menunggunya, tapi ia tidak berkunjung pada malam harinya, atau esok harinya hingga berminggu-minggu lamanya. Aku datangi ia sekali lagi di tempat yang sama ketika
Tidak ada yang tahu kemana perginya anak-anaknya yang lain. Hanya ada aku dan kakak kandungku yang menemani Ibu. Sisanya sudah pergi bersama istri maupun suami
Kami tak banyak bercakap-cakap setelahnya. Kami hanya sering duduk dan sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa percakapan apapun sampai berjam-jam lamanya. Terkadang saja, Darsam menyumbang suara