Pergantian karcis parkir dengan menggunakan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) menghemat dana hingga Rp 64 Juta per tahun. Nominal tersebut dihitung dari akumulasi biaya cetak kertas karcis parkir setiap minggu. ”Kalau dihitung perminggu rata-rata dua juta rupiah,” terang Kepala Bagian Rumah Tangga UMS, Ma’ruf Santoso, Kamis (6/1). Ma’ruf menilai pemakaian STNK memang bisa menghemat anggaran dana.
“Pengeluaran dana untuk cetak karcis sudah tidak ada, sehingga bisa dialihkan pada plot dana yang lain,” kata Ma’ruf. Disinggung mengenai kemana dana tersebut akan dialihkan, Ma’ruf menjawab santai.
“Kemungkinan dana tersebut bisa digunakan untuk perbaikan Griya Mahasiswa,” jawab Ma’ruf sambil tersenyum. Alokasi perbaikan UKM lanjut Ma’ruf memang sudah dicanangkan sejak tahun 2010, namun karena masih banyak aktivis yang pro dan kontra dengan rencana tersebut maka perbaikan ruang UKM diundur. “Kalau tahun ini UKM mau ruangannya di benahi, kemungkinan proyek bisa berjalan,” ungkapnya.
Menanggapi masalah pembenahan Griya Mahasiswa , Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Danang Prasetya, mengatakan memang sebenarnya semua sudah ada alokasi dananya, ”Tidak apa-apa asal sesuai tujuan dan ada pertanggungjawabannya,” ungkap Danang, Jumat (7/1).
Anggota Muhammadiyah English Debating Society (MEDS), Yunisa W, mengaku welcome dengan adanya gagasan tersebut, “Yang penting tidak cuma omong aja, tapi harus ada realisasi,” jelas Sasa, Jumat (7/1).
MEDS, lanjut Sasa lebih menginginkan bantuan fasilitas, karena dari pertama berdiri, kita (MEDS, red) belum mendapat bantuan,” kata Sasa.
Macet saat Arus Balik
Diberlakukanya STNK sebagai pengganti karcis memperlancar arus masuk parkir motor roda dua, hanya arus baliknya yang terlihat macet. Menurut Kepala Satuan Pengamanan (Satpam), Dalyono macetnya arus balik dikarenakan lamanya mahasiswa menyerahkan STNK pada petugas.
“Macet itu karena mahasiswa baru mengambil STNK di tas ketika diminta sama petugas,” Kata Dalyono, Kamis (1/1). Hal ini lanjut Dalyono bisa diantisipasi dengan mempersiapkan STNK terlebih dahulu.
Terkait mahasiswa yang tidak membawa STNK menurut Dalyono akan tetap dilayani, “Bagi mahasiswa yang lupa bawa STNK, kami (petugas,red) akan meminta KTM, KTP, atau SIM C. Ya, minimal ada 2 kartu identitas,”terangnya.
Bagi beberapa mahasiswa, penggunaan STNK masih dirasa tidak efektif. Mahasiswa FKIP , Endru misalnya yang mengaku STNK nya belum jadi. “Bingung juga karena STNK saya belum jadi,” kata Endru Jumat (1/1). Selain itu, menurut Endru penggunaan STNK malah akan meyebabkan banyaknya STNK yang hilang.
Senada dengan Endru, Mahasiswa Fakultas Komunikasi Informatika (FKI), Dwi Iswanto, mengaku keberatan dengan sistem yang dijalankan saat ini, ”Saya rasa penggunaan STNK malah menyusahkan,”ungkap Dwi, Kamis (6/1). Sherly Rosiana